Makalah ASKEB dengan IKTERUS

PADA BBL NY. S DENGAN IKTERIK
DI RSUD PADANG PANJANG




pic 








OLEH :
LUSI EKA PUTRI
IRA SUKMA ANISA
WINDA SARI
DESWIMA LARASATI
SUCI ALFIRA SARI
WINDA SILVIA



CI AKADEMIK :




(Rika Armalini, SST)
CI LAPANGAN :




(Karmila, S.Kep)







 PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
STIKES PIALA SAKTI
PARIAMAN
2014

BAB I

PENDAHULUAN


1.1    Latar Belakang

Asuhan kebidanan baru lahir adalah satu pelayanan kesehatan utama yang diperkirakan dapat menurunkan angka kematian bayi baru lahir. Selain itu diadakannya sistem rujukan yang selektif yang dapat menurunkan angka kematian bayi baru lahir.
Ikterus adalah suatu gejala yang sering ditemukan pada bayi baru lahir. Kejadian ikterus pada bayi baru lahir menurut beberapa penulis berkisar antara 5% pada bayi cukup bulan dan 75% pada bayi kurang bulan.
Kejadian ikterus pada BBL di RSUD Padang Panjang  ialah 32,19% dan 62,53% kadar bilirubin indireknya melebihi 10 mg %.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, dari periode 15 Januari – 31 Januari 2008 di ruang Perinatologi RSUD terdapat 95 BBL terdiri dari 71 BBL normal, 18 (18,94%) BBLR, 3 (3,15%) BBLSR 2 (2,18%) BBL dengan infeksitali pusat dan 1 (1,05%) bbl dengan ikterus neonatorum. Dari data tersebtu penulis tertarik untuk penanganna yang tepat di kemudian hari ikterus neonatorum dapat ditangni dengan cepat dan tidak sampai menimbulkan kern ikterus.

1.2    Tujuan

Tujuan Umum :
Ø  Mahasiswa mampu menerapkan asuhan kebidanan pada neonatus dengan ikterus melalui pendekatan manajemen kebidanan dengan 7 langkah Varney
Tujuan Khusus :
a.       Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada by. Ny. S dengan ikterus neonatorum.
b.      Mahasiswa mampu menentukan diagnosa kebidanan pada by. Ny. S  dengan ikterus neonatorum.
c.       Mahasiswa mampu menegakan diagnosa dan masalah potensial pada by. Ny. S  dengan ikterus neonatorum
d.      Mahasiswa mampu mengidentifikasi kebutuhan akan tindakan segera atau kolaborasi by. Ny. S  dengan ikterus neonatorum.
e.       Mahasiswa mampu merencanakan tindakan asuhan kebidanan by. Ny. S  dengan ikterus neonatorum.
f.       Mahasiswa mampu melakukan pelaksanaan atas rencana manajemen yang telah direncanakan by. Ny. S  dengan ikterus neonatorum
g.      Mahasiswa mampu mengevaluasi asuhan kebidanan pada by. Ny. S  dengan ikterus neonatorum


BAB II

TINJAUAN KASUS


2.1    Konsep Medis

1.      Pengertian
Ikterus neonatorum adalah warna kuning yang tampak pada kulit dan mukosa oleh karena adanya bilirubin pada jaringan tersebut akibat peningkatan kadar bilirubin dalam darah (sumber :)
a.       Ikterus neonatorum ialah suatu gejala yang sering ditemukan pada bayi baru lahir
b.      Ikterus neonatorum ialah suatu gejala yang sering ditemukan pada bayi baru lahir yang terbagi menjadi ikterus fisiologi dan ikterus patologi
c.       Kesimpulannya ikterus neonatorum adalah warna kuning yang tampak pada kulit dan mukosa oleh karena keadaannya bilirubin pada jaringan tersebut akibat peningkatan kadar bilirubin darah yang sering ditemukan pada BBL yang terbagi ikterus fisiologis dan patalogis.

2.      Batasan Ikterus
Ikterus terbagi menjadi :
a.      Ikterus Fisiologi
Ikterus Fisiologi adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan hari ketiga yang mempunyai dasar patologik, kadarnya tidak melewati kadar yang membahayakan, atau mempunyai potensi menjadi kern-ikterus dan tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi. Ikterus ini biasanya menghilang pada akhir minggu pertama atau selambat-lambatnya 10 hari pertama.





Ikterus dikatakan Fisiologis bila :
1.        Timbul pada hari kedua sampai ketiga.
2.        Kadar bilirubin indirek sesudah 2 a 24 jam tidak melewati 15 mg % pada neonatus cukup bulan dan 10 mg % pada neonatus kurang bulan.
3.        Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg % perhari.
4.        Ikterus mengilang pada 10 hari pertama
5.        Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologik (kern – ikterus)
6.        Tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi.
b.      Ikterus Patologik
Ikterus Patologik adalah ikterus yang mempunyai dasar patologik atau kadar bilirubinnya mencapai suatu nilai yang disebut hiper bilirubin emia. Dasar patologik ini misalnya, jenis bilirubin, saat timbulnya dan menghilangnya ikterus dan penyebabnya.
Ikterus dikatakan Patologis bila :
1.        Timbul pada urnur kurang dari 36 jam
2.        Cepat berkembang
3.        Menghilang lebih dari dua minggu
4.        Bisa disertai dengan animea
3.      Etiologi
Etiologi ikterus pada neonatus dapat berdiri sendiri atau disebabkan oleh beberapa faktor :
1.      Produksi yang berlebihan
·        Golongan darah Ibu - bayi tidak sesuai
·        Hematoma, memar
·        Spheratisosis kongental
2.      Gangguan konjugasi hepar
·        Enzim glukoronil tranferasi belum adekuat (prematur)
3.      Gangguan transportasi
·        Albumin rendah
·        Ikatan kompetitif dengan albumin
·        Kemampuan mengikat albumin rendah
4.      Gangguan ekresi
·        Obstruksi saluran empedu
·        Obstruksi usus
·        Obstruksi pre hepatik
4.      Penilaian
Penilaian ikterus secara klinis
Penilaian dengan menggunakan rumus KRAMER
No
Luas Ikterus
Kadar bilirubin (mg%)
1
Kepala dan leher
5
2
Daerah 1 dan badan bagian atas
9
3
Daerah 1,2 + badan bagian bawah dan tungkai
11
4
Daerah 1,2,3 dan lengan dan kaki di bawah dengkul
12
5
Daerah 1,2,3,4 + tangan dan kaki
16

5.      Kern – Ikterus
Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak terutama pada korpus striatum, talamus, nukleus subtalamus, hipokampus, nukleus merah dan nukleus pada dasar ventrikulus ke IV.
Tanda-tanda kliniknya adalah mata yang berputar, letargi, kejang, tak mau menghisap, tonus otot meninggi, leher kaku dasn akhirnay opistotonus.
Pada umur yang lebih lanjut bila bayi hidup dapat terjadi spasme otot, opistotonus, kejang, atetosis, yang disertai ketegangan otot. Ketulian pada nada tinggi dapat ditemukan gangguan bicara dan retardasi mental.
6.      Patofisiologi
a.       Produksi bilirubin yang berlebihan, lebih dari kemampuan bayi untuk mengeluarkannya bisa menjadi salah satu penyebab meningkatnya kadar bilirubindalam darah, rnisalnya pada hemolisis yang meningkat pada inkompabilitas darah, Rh, ABO, golongan darah lain, detisiensi G6PD, pendarahan tertutup dan sepsis.
b.      Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi hepar. Gangguan ini dapat disebabkan oleh imatur hepar, kurangya substrat untuk konjugasi bilirubin ganaguan fungsi hepar akibat asidosis, hipoksia dan infeksi atau tidak terdapatnya enzim glukoronil transferase (Criggler Najjer Syndrome). Penyebab lainnya adalah defisiensi dalam hepar yang berperan penting dalam uptake bilirubin ke sel-sel hepar.
c.       Gangguan transportasi. Biliribin dalam darah terikat oleh albumin kemudian diangkut ke hepar. Ikatan bilirubin dengan albumin ini dapat dipengaruhi oleh obat-obatan (salisilat, sulfaturazole). Difisiensi albumin menyebabkan lebih banyak terdapatnya bilirubin indirek yang bebas dalam darah yang mudah melakat ke sel otak.
d.      Gangguan dalam eksresi
Gangguan ini dapat terjadi karena obstruksi dalam hepar atau di luar hepar, kelainan diluar hepar biasanya akibat infeksi atau kerusakan hepar oleh penyebab lain.
e.       Untuk menurunkan kadar bilirubin indirek dalam serum sehingga tidak terjadi kern ikterus maka dilakukan terapi sinar tetapi efek samping dari terapi sinar secara langsung dapat menyebabkan hipertemia karena panas lampu, atau hipertemia karena telanjang atau bahkan kulit terbakar karena prinsip kerjanya membantu pemecahan bilirubin yang kemudian dikeluarkan melalui urin/feces maka bayi bayi bisa mengalami dehidrasi.
f.       Adanya letargi atau malas minum karena lemahnya reflek menghisap ikterus menyebabkan asupan nutrisi berkurang sehingga pemenuhan nutrisi berkurang.
g.      Karena asupan nutrisi terlambat maka menyebabkan peristaltik usus menurun, pasase makanan terlambat, sehingga feses lunak/coklat kehijauan selama pengeluaran bilirubin, dan urine berwarna gelap pekat cami,ai hitam Irarnlrlatan


2.2    Konsep Asuhan Kebidanan

1.      Pengkajian
A.        Identitas
Nama bayi                untuk membedakan            bayi yang satu dengan bayi yang lain
Umur bayi                 untuk mengetahui hari keberapa dilakukan pengkajian/asuhan
Tgl/jam lahir            :   untuk mengetahui kapan bayi tersebut lahir/umur
Jenis kelamin          :   untuk mengetahui jenis kelamin bayi tersebut (ada kemungkinan terjadi kelaina gender kejadian , iktems. pada BBL lebih besar pada iaki-laki).
Berat badan              untuk mengetahui   apakah bayi     lahir dengan berat rendah, nornial/bayi besar. Bayi normal 2500 gr - 4000 gr. Pada bayi ikterus kemungkinan kecil masa kehamilan, BLR dan besar masa kehamilan
Panjang badan        :   panjang badan normal 48 - 52 cm
Nama Ibu/Ayah        untuk identifikasi bayi/pasien
Umur Ibu/Ayah      :   untuk identifikasi bayi / pasien .
Suku bangsa           :   untuk mengetahui adat istiadat dan kebiasaan
Agama                    :   menentukan jenis pendekatan spiritual
Pendidikan               status sosial ekonomi dan pendapatan
Alamat                    :   mengetahui keadaan lingkungan tempat tinggal dan untuk identifikasi
B.         Anamnesa
Pada tanggal ........ pukul......
1.        Riwayat penyakit kehamilan
2.        Untuk mengetahui penyakit yang pernah diderita selama kehamilan yang dapat menyebabkan bayi ikterus.
a.         Contoh : diabetes, golongan darah ibu - bayi tidak sesuai, Rh/ABO incompatibility, sakit infeksi, spherositosis kongenital
3.        Kebiasaan waktu hamil
b.        Untukmengetahu kebiasaan ibu pada saat hamil yang dapat berpengaruh pada janin/BBL
4.        Riwayat persalinan sekarang
Jenis persalinan           :  biasanya ikterus terjadi persalinan dibantu vacm eksraksi
Penolong                     :  apakah dokter atau bidan
Tempat persalinan       :  Apakah di rumah ibu, bidan atau RS
Umur kehamilan         :  pada ikterus kemungkinan terjadi pada preterm. kecil masa kehamilan. dan.  besar masa kehamilan.
Ketuban                      :  warnanya jernih atau keruh, baunya khas atau tidak,  jumlahnya normal atau tidak. Normalnya < 500 cc.
Komplikasi persalinan       biasanya bay ikterus terjadi pada persalinan dengan trauma.
Keadaan bayi baru lahir  :  nilai dengan APGAR 1 menit pertama dan 5 menit kedua
C.         Pemeriksaan
Keadaan umum       :   Apakah bayi tampak baik atau tidak. Biasanya bayi ikterus terlihat letargi / aktifitas menurun
Suhu                        :   suhu normal 36,5 - 37,2° C
Pernapasan               :   Frekuensi pernapasan sebaiknya dihitung 1 menit penuh. Normalnya 40-60x / menit
Nadi                         :   Frekuensi nadi normal 70 - 180x /menit
BB sekarang            : untuk mengetahui kenaikan / penurunan BB bayi



D.        Pemeriksaan fisik secara sistematik
Kepala                       Dilihat besar, bentuk, molding, sutura, adakah caput ikterus terjadi pada pendarahan intra kranial dan sefal hematom
Muka                       :   Untuk melihat kelainan kongenital, adakah warna kuning
Mata                        :   Ada tidaknya pendarahan atau warna kuning pucat menandakan anemia
Telinga                     :   Letak dan bentuk dapat mencerminkan kelainan konaenital
Mulut                         Ada tidaknya tabioskilis, labiopatatoskius- Reflek hisap baik atau tidak
Hidung                    :   Ada sumbatan atau kelainan lain seperti cuping hidung.
Leher                       :   Apakah ada pembesaran kelenjar getah bening / tiroid atau tidak.
Dada                          Apakah tampak simetris atau tidak, ada wheezing dan ronchi
Tali pusat dan abdomen     Apakah ada tanda-tanda infeksi atau tidak dan pada ikterus pada palpasi abdomen terdapat pembesaran limfe dan hepar
Punggung                :   Adakah kelainan dan dilihat bentuknya, apakah ada spina bifida atau tidak.
Ekstermitas              :   Dilihat kelainan bentuk dan jumlah
Genitalia                  :   Pada bayi laki-laki testis sudah menurun atau belum dan terdapat lubang uretra atau tidak pada bayi perempuan labia rnayora telah menutupi labia minora belum? Lubang vagina ada atau tidak
Anus                        :   Ada atau tidaknya lubang anus

Reflex                      :   Bayi ikterus ada kemungkinan kehilangan reflek moro, palmar reflek rooting reflek.
Antropometri
Lingkar kepata, lingkat dada, lingkar lengan atas.
Eliminasi
Miksi                        :   Kemungkinan warna urine gelap pekat sampai hitam kecoklatan
Meconiurn / feces    :   Kemungkinan lunak dan berwarna coklat kehijauan
Warna kulit              :   Penilaian ikterus secara klinis menurut rumus kramer

2.      Interpretasi Data
Neonatus dengan. ikterus patologis.
3.      Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial     
Kern ikterus, dehidrasi, bronze ikterus, hipotermi.
4.      Identifikasi Kebutuhan Akan Tindakan Segera
Kolaborasi dengan dokter spesialis anak atau transfusi tukar sesuai dengan. advise dokter.
5.      Merencanakan Asuhan Yang Menyeluruh
Merencanakan asuhan untuk bayi baru lahir dengan ikterus sesuai dengan penyebabnya.
6.      Pelaksanaan
Melaksanakan asuhan bayi baru lahir dengan. ikterus sesuai dengan. perencanaan.
Dalam penanganan Minis, cara-cara yang dipakai ialah mencegah dan mengobati hiperbilirubinemia, terbagi menjadi :
1.      Mempercepat metabolisme dan pengeluaran bilirubin :
a.       Early Feeding, pemberian makanan dim pada neonatus dapat mengurangi terjadinya ikterus fisiologi pada neonatus. Hal ini mungkin sekali disebabkan karena dengan pemberian makman yang dini itu terjadi pendorongan gerakan usus dan mekonium lebih cepat dikeluarkan, sehingga peredaran enterohepati bilirubin berkurang.
b.      pemberian agar-agar, pemberian agar-agar peros dapat mengurangi terjadinya ikterus fisiologik dan neonatus.
c.       Mekanisme adalah dengan menghalangi atau mengurangi peredaran bilirubin enterohepatik.
d.      pemberian tenobarbital, dapat menurunkan kadar bilirubbin tidak langsung dalam serum bayi yaitu dengan. mengadakan induksi enzim mikrosoma sehingga konjugasi bilirubin berlansung lebih cepat.
2.      Terapi sinar
Dengan mengubah bilirubin menjadi bentuk yang tidak toksik dan yang dapat dikeluarkan dengan sempurna melalui ginjal dan traktus digestivus.
Cremer (1957) melaporkan bahwa pada bayi penderita ikterus yang diberi sinar matahari lebih dari penyinaran biasa. Ikterus lebih cepat hilang dibandingkan dengan bayi lain yang tidak disinari.
Dengan kriteria untuk dilakukan penyinaran :
-            suhu tubuh 36,5 - 37,2°C
-            tidak terjadi cidera atau luka bakar pada kulit/jarinoan
-            kadar bilirubin serum normal
Penatalaksanaan
1.      Perhatikan dan dokumentasikan warna kulit dari kepala, sklera dan tubuh secara progresif terhadap ikkterik sedikitnya setiap shift
2.      Berikan suhu lingkungan netral.
3.      Pertahankan suhu aksila 36,5°C, hindari stres dingin.
4.      Pantau tanda vital tiap 2 jam sekali
5.      Beri nutrisi yang adekuat
6.      Pantau masukan dan keluaran cairan, timbang BB tiap hari
7.      Pertahankan terapi cairan parenteral sesuai advis.
8.      Cuci area perintal setiap habis defeksi, observasi kulit kemungkinan iritasi.
9.      Periksa kadar bilirubin setiap 12 jam.
10.  Kolaborasi untuk pemeriksaan kadar Hb, trombosit, leukosit.
11.  Periksa jampenggunaan lampu.
3.      Transfusi tukar darah
Tujuan utamanya untuk mencegah efek taksik bilirubin dengan cara mengeluarkan dari tubuh.
Indikasi untuk tranfusi tukar :
-       pada semua keadaan dengan kadar bilirubin indirek > 20 mg%
-       kenaikan kadar bilirubin indirek yang cepat, yaitu 4,3 - 1 mg%
-       anemia yang berat pada bayi baru lahir dengan gagal jantung
-       kadar Hb tali pusat < 14 mg% dan uji cooms direk positif

7.      Evaluasi
Mengevaluasi hasil dari pelaksanaan asuhan bayi bari lahir dengan ikterus sehingga penyebabnya dapat diatasi
a.       Dengan penberian ASI segera dapat mempercepat metabolisme dan pengeluaran bilirubin Asi telah diberikan dengan segera mempercepat pendorongan. Gerakan uterus  meconium cepat dikeluarkan.
b.      Dengan terapi sinar :
-       kadar bilirubin dalam darah menurun
-       tidak terjadi hypotermi atau hipertermi
-       tidak terjadi kerusakan
c.       Dengan tranfusi tukar :
-       kadar bilirubin dalam darah menurun
-       tidak terjadi infeksi post transfusi
8.      Langkah Promotif dan Preventif
-       Menghindari penggunaan obat-obatan pada ibu hamil yang berakibat menimbulkan ikterus (sulfa, antimalaria, nitrofurantio, aspirin, novobiosin oksitosin)
-       Penanganan keadaan yang berakibat BBLR
-       Penanganan infeksi maternal, KPD secara tepat dan cepat
-       Penanganan asfiksia dan trauma persalinan dengan tepat
-       Pemenuhan kebutuhan nutrisi bayi baru lahir dengan ASI eksklusif
-       Menjelaskan pada ibu tentang gejala-gejala ikterus yang muncul
Upaya promotif, preventif dan penataklaksanaan yang dilakukan bidan sangat penting untuk mendeteksi dini terjadinya hiperbilirubinemia dan mencegah agar tidak terjadinya kernikterus apabila bayi mengalami hiperbilirubinemia.






















BAB III

TINJAUAN KASUS

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA BBL Ny. ”S”
DENGAN IKTERIK DI RSUD PADANG PANJANG
Tanggal : 04 November 2014
Data Subjektif

3.1    Identistas

Nama bayi           :    Bayi Ny. S
Tgl/jam lahir        :   04 November 2014/ 16.00 WIB
Jenis Kelamin      :    Laki-laki
Berat Badan        :    3400 gram                 
Panjang Badan    :    49 cm
Nama Ibu            :    Ny. S                       Nama Ayah      : Tn. A
Umur                   :    42 tahun                  Umur                : 45 tahun
Suku/Bangsa        :    Minang/Indonesia   Suku/Bangsa  :    Minang/Indonesia
Agama                 :    Islam                         Agama              : Islam
Pendidikan          :    SMA                         Pendidikan       : SMA
Pekerjaan             :    IRT                          Pekerjaan          : Wiraswasta
Alamat                 :                                     Alamat              :

3.2    Anamnesa

Pada tanggal : 04 November 2014
Pukul                    : 16.00 WIB
1.         Riwayat penyakit kehamilan
a.       Pendarahan         : tidak ada
b.      Eklampsia           : tidak ada
2.         Riwayat persalinan sekarang
a.       Jenis persalinan      : SC
b.      Ditolong oleh          : Dokter
c.       Lama persalinan      :
Kala I                      : 5 jam
Kala II                    : 30 Menit
Kala III                   : 5 Menit
d.      Ketuban                  : +
e.       Komplikasi persalinan : tidak ada
f.       Keadaan bayi baru lahir  : normal tidak ada kelainan
Waktu
Tanda
0
1
2
Jumlah
Menit 1
Frekuensi jantung
(tidak ada)
< 100
>  100

Usaha bernafas
(tidak ada)
Lambat, tidak teratur
Menangis kuat

Tonus otot
(Lumpuh)
Ekstremitas, fleksi sedikit
Gerakan aktif

Reflek
(tidak bereaksi)
Gerakan sedikit
Menangis

warna
Biru/pucat
Tubuh kemerahan, ekstremitas biru
Kemerahan

Menit 2
Frekuensi jantung
(tidak ada)
< 100
>  100

Usaha bernafas
(tidak ada)
Lambat, tidak teratur
Menangis kuat

Tonus otot
(Lumpuh)
Ekstremitas, fleksi sedikit
Gerakan aktif

Reflek
(tidak bereaksi)
Gerakan sedikit
Menangis

warna
Biru/pucat
Tubuh kemerahan, ekstremitas biru
Kemerahan


Data Objektif
Keadaan umum           :    Baik
Suhu                            :    37oC
Pernafasan                   :    48x / menit
Nadi                             :    125 x / menit  
Berat badan lahir         :    3400 gram
Panjang                       :     49 cm

Sianosis                       : tidak ada
Ikterik                         : ada
LB                               : 32 cm
UK                              : 34 cm
Pemeriksaan fisik secara sistematik :
·      Kepala                      :   Bentuk kepala bulat, terlihat permukaan kulit berwarna kuning.
·      Ubun – ubun            :  Tidak relevan
·      Muka                        :   Tidak ada kelainan dan kulit berwarna kuning.
·      Mata                         :   Konjungtiva tidak anemis, kolera ikterik
·      Telinga                        Ada lubang, normal, bentuk simetris, tidak ada kelainan
·      Mulut                        :   Tidak ada labiokizis/platokizis (+)
·      Hidung                     :   Ada lubang, Bentuk simetris.
·      Leher                        :   Tidak ada pembengkakan ataupun benjolan, pada permukaan kulit terlihat kuning
·      Dada                         :   Bentuk simetris kiri dan kanan
·      Tali pusat                  :   Tidak ada kelainan dan tidak terdapat tandaa-tanda infeksi,
·      Punggung                 :   Posisi tulang belakang normal, tidak ada pembengkakan ataupun tonjolan, permukaan kulit terlihat kuning.
·      Ektremitas                :   Bentuk simetris, Jari-jari normal.
·      Genitalia                   :   Bentuk normal, skrotum berada di bawah/sudah turun.
·      Anus                         :   Terdapat lubang anus, lubang penis (+), tidak ada kelainan.
Reflek :
a.       Reflek moro                ( + )
b.      Reflek Rooting           ( + )
c.       Reflek grapks              ( + )
d.      Reflek fucling             ( + )


Sidik kaki kiri bayi
Sidik kai kanan bayi









Sidik jempol tangan kiri ibu
Sidik jempol tangan kanan ibu

























MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA BBL Ny. ”S”
DENGAN IKTERIK DI RSUD PADANG PANJANG
Pengumpulan Data
Interprestasi Data
Diagnosis Data
Tindakan Segera
Intervensi
Implementasi
Evaluasi
Tanggal : 04 November 2014
Jam    : 16.00 WIB
Nama : Bayi Ny. “S”

DS :
·    Ibu mengatakan bayi lahir pada pukul 15.00 WIB dengan SC

DO :
·    Bayi lahir SC jam :
15.00 WIB
·    Keadaan umum : baik
·    A/S : 8/8
·    JK  : laki-laki
·    BB : 3400 Kg
·    PB : 49 cm
·    R   : 48 x/i
·    N  : 125x/i
·    LK : 34 cm
·    LD : 32 cm
·    Pemeriksaan fisik : tidak ada kelainan
·    Reflek  :
e.       Reflek moro    ( + )
f.       Reflek Rooting ( + )
g.      Reflek grapks  ( + )
h.      Reflek fucling ( + )

Diagnosa :
Bayi baru lahir Ny. S
Normal, keadaan umum bayi baik

Dasar :
Bayi lahir SC
·    A/S : 8/8
·    JK  : laki-laki
·    BB : 3400 Kg
·    PB : 49 cm
·    R   : 48 x/i
·    N  : 125x/i
·    LK : 34 cm
·    LD : 32 cm
·    Pemeriksaan fisik : tidak ada kelainan

Masalah :
Bayi dengan ikterik

Kebutuhan :
1.  Bersihkan jalan nafas
2.  Cegah terjadi hipotermi
3.  Berikan ASI segera dan sesering mungkin
4.  Perawatan tali pusat
5.  Atur posisi bayi
6.  Pemeriksaan fisik pada bayi
7.  Perawatan BBL
8.  Letakkan bayi pada ibu
9.  Informasikan hasil pemeriksaan


Ikterik
Berkolaborasi dengan dokter
-   Bersihkan jalan nafas







-   Cegah terjadinya hipotermi






-   Berikan ASI segera dan sesering mungkin

-   Lakukan perawatan tali pusat








-   Atus posisi bayi



-   Lakukan pemeriksaan fisik pada bayi



-   Perawatan BBL










-   Letakkan bayi pada ibu






-   Informasikan hasil pemeriksaan
-   Membersihkan jalan nafas bayi dengan cara lap mulut dan hidung bayi dengan kapas kasa steril untuk menghilangkan lender yang menyumbat jalan nafas.

-   Mencegah terjadinya hipotermi dengan cara mengeringkan bayi segera setelah lahir dan membungkus bayi untuk mempertahankan suhu tubuh bayi

-   Memberikan ASI segera dan sesering mungkin setiap 2 jam sekali

-   Melakukan perawatan tali pusat dengan diberi dan dibungkus dengan kasa steril dan menganjurkan kepada ibu untuk memakai pakaian yang bersih dan kering untuk mencegah infeksi pada tali pusat

-   Mengatur posisi bayi dengan memiringkan kepala

-   Melakukan pemeriksaan fisik pada bayi secara sistematis dari kepala sampai kaki

-   Merawat BBL :
·     Mengeringkan bayi

·     Timbang BB
·     Ukur TB
·     Beri obat tetes mata

·     Beri vitamin K
1 mg/BB

-   Meletakkan bayi pada ibu agar ibu bisa menyusuinya dan bantu ibu menyusui bayi bila ibu tidak sanggup menyusui


-   Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa bayinya dalam keadaan sehat dan normal serta tidak ada kelainan dan memberikan ucapan selamat kepada ibu atas kelahiran bayinya
-   Jalan nafas sudah dibersihkan






-   Bayi sudah dibersihkan dan dibungkus dengan kain





-   Bayi sudah disusui



-   Tali pusat terawatt dengan baik








-   Bayi dalam posisi miring


-   Bayi sudah diperiksa dan tidak ada kelainan



·     Bayi sudah dikeringkan
·     BB 3400 g
·     TB 49 cm
·     Sudah diberi obat tetes mata 
·     Sudah diberi Vitamin K

-   Bayi sudah diletakkan di dada ibu





-   Ibu senang mendengar hasil pemeriksaan


BAB IV

PENUTUP


4.1    Kesimpulan

Setelah melakukan asuhan kebidanan pada neonatus dengan ikterus neonatorum penulis menarik kesimpulan bahwa pengumpulan data atau informasi sangatlah penting untuk menegakan diagnosa atas penyebab dari kelainan yang di alami pasien dalam hal ini faktor congenital (bawaan) atau gangguan fungsi organ dari pasien dengan ikterus neonatorum.

4.2    Saran

1.            Bagi Rumah Sakit
Diharapkan kepada pihak rumah sakit untuk dapat lebih mempertahankan dan meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya untuk pasien
2.            Bagi Tenaga Kesehatan
Mengetahui cara penanggulangan penyebab terjadinya ikterik.













DAFTAR PUSTAKA

 

____. 2010. Kern Icterus. (http://referensikedokteran.blogspot.com/2010/07/kern-icterus.html, diakses tanggal 26 November 2013)
_____. 2012. Manajemen Asuhan Kebidananan pada Bayi Baru Lahir pada Bayi Ny. “D” di Instalasi Rawat Inap Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang.(http://kumpulanaskeb.com/kti/manajemen-asuhan-kebidanan-pada-bayi-baru-lahir-pada-bayi-ny-d-dengan-ikterik-grade-iv-selanjutnya-klik-disini-beri-beri-com-askeb-bblr-dengan-ikterik-grade-iv-dapatkan-kti-skri-76406/, diakses tanggal 26 November 2013)
Behrman, et al. 2003. Nelson Textbook of Pediatrics 17th Edition. Pennsylvania: Saunders
Delyana. 2013. Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir Mengalami Ikterus di Kamar Bayi RSU Anutapura Palu. (http://delyanakumaat8.blogspot. com/2013/02/proposal-konsultasi-pertama-asuhan.html, diakses tanggal 26 November 2013)
Haws, Paulette S. 2007. Asuhan Neonatus Rujukan Cepat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Herry, Garna dkk. 2000. Ikterus Neonatorum. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak Edisi Kedua. Bandung: Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak FKUP/RSHS.
Lissauer dan Fanaroff. 2009. At a Glance Neonatologi. Jakarta: Penerbit Erlangga
Ningsih, Sri. 2012. Pengertian Ikterus. ( http://semirang.blogspot.com/2012/10/ pengertian-ikterus.html, diakses tanggal 26 November 2013)
Sukadi, Abdurachman dkk. 2002. Ikterus Neonatorum Perinatologi. Bandung: Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak FKUP/RSHS.
Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC



 


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
















ii
 
 


KATA PENGANTAR
Dengan kebesaran Allah SWT. yang maha pengasih lagi maha penyayang, penulis panjatkan rasa puji syukur atas hidayah-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, nikmat, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah "BBL dengan Ikterus".
Adapun makalah "BBL dengan Ikterus" ini telah penulis usahakan dapat disusun dengan sebaik mungkin dengan mendapat bantuan dari berbagai pihak, sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan secara tepat waktu. Untuk itu penulis tidak lupa untuk menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penulisan makalah ini.
Terlepas dari upaya penulis untuk menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya, penulis tetap menyadari bahwa tentunya selalu ada kekurangan, baik dari segi penggunaan kosa-kata, tata bahasa maupun kekurangan-kekurangan lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang dada penulis membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang bermaksud untuk memberikan kritik dan saran kepada penulis agar penulis dapat memperbaiki kualitas makalah ini.
Penulis berharap semoga makalah "BBL dengan Ikterus" ini bermanfaat, dan pelajaran-pelajaran yang tertuang dalam makalah ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya oleh para pembaca.

Padang Panjang,     November  2014

Penulis



i
 
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Manajemen Pelayanan Kebidanan

MAKALAH ORGANISASI MANAJEMEN PELAYANAN KEBIDANAN Tentang MANAJEMEN KEPEMIMPINAN

Makalah Pemeriksaan Labor dan Diagnostik