Makalah ASKEB dengan Bligted Ovum
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Berbagai
komplikasi yang dialami oleh ibu hamil mungkin saja terjadi dan memiliki
peluang untuk terjadi pada semua ibu hamil. Komplikasi-komplikasi ini bila
dapat dideteksi lebih awal maka akan dapat ditangani dengan baik. Blighted ovum
atau kehamilan kosong merupakan salah satu komplikasi atau kelainan dalam
kehamilan yang dapat menyebabkan perdarahan dalam kehamilan trimester dini.
Sebuah Blighted
Ovum (kehamilan kosong) merupakan salah satu jenis keguguran yang terjadi pada
awal kehamilan. Disebut juga anembryonic pregnancy, blighted ovum terjadi
ketika telur yang dibuahi berhasil melekat pada dinding rahim, tetapi tidak
berisi embrio, hanya terbentuk plasenta dan kulit ketuban. Sebagian besar kasus
Blighted Ovum akan dikeluarkan secara alamiah, tetapi kadang-kadang jaringan
dalam rahim memerlukan tindakan medis. Blighted Ovum umum terjadi pada
kehamilan. Bahkan, terjadi sedikitnya 60% dari semua keguguran dari setiap
trimester kehamilan. Namun, karena BO terjadi sangat awal, banyak wanita tidak
menyadari bahwa mereka sedang hamil ketika mereka menderita Blighted Ovum.
Akibatnya banyak wanita tidak sadar akan kondisinya.
Pada ibu hamil
dengan Blighted Ovum, kantung uterus akan berhenti perbesarannya. Pada waktu
itu embrio tiada lagi berkembang lalu mati. Kemudian, gugurlah bahan-bahan atau
produk kehamilan. Proses keguguran itu bisa berlangsung berminggu-minggu,
dimulai dengan hadirnya bercak-bercak kecoklatan hingga perdarahan dalam jumlah
banyak. Tak jarang keguguran berlangsung secara spontan. Berdasakan penelitian,
hamil yang keguguran spontan sekitar 50% merupakan kehamilan blighted ovum.
Jadi janin memang tidak berkembang dan mekanisme tubuh secara alami
mengeluarkannya.
1.2
Tujuan
1.2.1
Tujuan Umum
Menerapkan dan
mengembangkan pola pikir secara ilmiah ke dalam proses asuhan kebidanan serta
pengalaman memecahkan masalah pada ibu Blighted Ovum dengan usia kehamilan 7
minggu dengan menggunakan manajemen Hellen Varney, serta mendapatkan pengalaman
yang nyata.
1.2.2
Tujuan Khusus
Dalam melakanakan
asuhan kebidanan Ny "E" G1P0A0H0
usia kehamilan 7 minggu dengan
Blighted Ovum di Ruang Kebidanan RSUD Padang Panjang:
1. Melaksanakan
pengkajian data.
2.
Mengidentifikasi
diagnosa, masalah dan kebutuhan.
3. Menentukan
antisipasi masalah potensial.
4. Mengidentifikasi
kebutuhan segera.
5.
Menyusun
rencana asuhan kebidanan sesuai dengan masalah.
6.
Melaksanakan
rencana asuhan sesuai dengan masalah.
7.
Mengevaluasi
keefektifan asuhan kebidanan yang telah dilakukan.
1.3
Manfaat
1.3.1
Bagi Penulis
Dapat menerapkan
ilmu yang diperoleh serta mendapatkan pengalaman dalam melaksanakan asuhan
kebidanan secara langsung pada Ny "E" G1P0A0H0
usia kehamilan 7 minggu dengan
Blighted Ovum.
1.3.2
Bagi Institusi
Sebagai tambahan sumber kepustakaan dan
perbandingan pada asuhan kebidanan pada ibu hamil.
1.3.3
Bagi Masyarakat
Memberi informasi
kepada masyarakat tentang perubahan yang
terjadi pada kehamilan baik secara fisiologis maupun psikologis serta masalah
pada kehamilan.
1.4
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis
dalam menyusun makalah asuhan kebidanan ini antara lain :
1.4.1
Teknik Wawancara
Menanyakan atau
tanya jawab yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi dan merupakan suatu
komunikasi yang direncanakan. (Nursalam, 2001: 26).
1.4.2
Observasi
Mengamati perilaku
dan keadaan klien untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan dan
keperawatan klien. (Nursalam, 2001:30).
1.4.3
Studi Kepustakaan
Dipergunakan untuk
memperoleh data obyektif dan riwayat keperawatan klien dan melakukan
pemerikasan fisik secara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. (Nursalam,
2001: 30).
1.5
Tempat dan Waktu Penyusunan Asuhan
Kebidanan
Waktu dan tempat pengambilan data serta
pelaksanaan asuhan kebidanan dilakukan pada tanggal 5 April 2013 jam 14.30 WIB, di Ruang Kebidanan RSUD Padang
Panjang
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Konsep Dasar Kehamilan
2.1.1
Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah masa dimulai dari hasil konsepsi
sampai lahirnya janin dengan lama kehamilan 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7
hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. (Sarwono Prawirohardjo, 2000;
189)
2.1.2
Proses Kehamilan
Proses kehamilan merupakan mata rantai yang
berkesinambungan dan terdiri dari :
1. Ovulasi Adalah pelepasan ovum yang
dipengaruhi oleh sistem hormonal yang kompleks selama masa subur yang
berlangsung 20 – 35 tahun hanya 420 buah ovum yang dapat mengikuti proses
pematangan dan terjadi ovulasi.
2. Terjadi migrasi spermatozoa dan ovum
Proses pembentukan spermatozoa merupakan proses yang kompleks.
-
Spermatogonium
berasal dari sel primitif tubulus
-
Menjadi spermatosit pertama
-
Menjadi spermatosit kedua
-
Menjadi spermatit
-
Akhirnya spermatozoa
Pertumbuhan spermatozoa dipengaruhi mata rantai
hormonal yang kompleks dari panca indra, hipotalamus, dan sel interstitial
sehingga spermatogonium dapat mengalami proses mitosis. Pada setiap hubungan
seks ditumpahkan sekitar 3 cc sperma yang mengandung 40 – 60 juta spermatozoa
setiap cc. Sebagian besar spermatozoa mengalami kematian dan hanya beberatus
yang mencapai tuba fallopii, sementara yang masuk ke dalam alat genetalia
wanita dapat hidup selama 3 hari, sehingga cukup waktu untuk mengadakan
konsepsi.
3.
Terjadi konsepsi dan pertumbuhan zigot Pertemuan inti
ovum dengan inti spermatozoa disebut konsepsi atau fertilisasi dan membentuk
zigot.
4.
Terjadi nidasi (implantasi) pada uterus Nidasi adalah masuknya
atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam endometrium nidasi biasanya terjadi
setelah 7 hari dari proses konsepsi dimana zigot tersebut akan mencari tempat
yang subur di rahim untuk melakukan nidasi. Tempat nidasi biasanya bagian
fundus uteri di dinding depan atau belakang.
5.
Pertumbuhan plasenta Desidua adalah mukosa rahim pada
kehamilan yang dibagi atas :
a.
Desidua basalis : yang terletak antara hasil konsepsi
dan dinding rahim, disinilah plasenta terbentuk.
b.
Desidua kapsularis : yang meliputi hasil konsepsi ke
arah rongga rahim yang lama kelamaan bersatu dengan desidua vera karena
obliterasi.
c.
Desidua vera (parietalis) : yang meliputi lapisan dalam
dinding rahim lainnya.
6.
Pertumbuhan dan perkembangan janin Perubahan-perubahan
dan organogenesis yang terjadi pada berbagai periode kehamilan :
a.
Umur kehamilan 4 minggu
b.
Panjang
fetus 7,5 – 10 mm, rundimental mata, telinga dan hidung, kepalanya ½ dari
seluruh mudiqah. Saluran yang akan menjadi jantung terbentuk dan sudah
berdenyut. Dasar-dasar traktur digertivus sudah nampak, permulaan kaki dan
tangan berbentuk tonjolan. Umur kehamilan 8 minggu Panjang fetus 2,5 cm,
hidung, telinga, jari, kepala fleksi ke dada, mukanya sudah jelas berbentuk
muka manusia dan sudah mempunyai lengan dan tungkai dengan jari tangan. Alat
kelamin sudah nampak, walau belum dapat ditentukan jenisnya.
c.
Umur kehamilan 12 minggu Panjang fetus 9 cm, daun
kuping lebih jelas, kelopak mata melekat, leher mulai terbentuk, alat kandungan
luar terbentuk namun belum terdeferensiasi. Sudah ada pusat-pusat pertulangan,
kuku sudah ada, ginjal sudah terbentuk sedikit air seni.
d.
Umur kehamilan 16 minggu Panjang fetus 16 – 18 cm,
genetalia eksterna terbentuk dan dapat dikenal kulit merah tipis dibubuhi
rambut halus (lanugo). Pergerakan anak mungkin sudah dapat dirasakan oleh ibu.
e.
Umur kehamilan 20 minggu Panjang fetus 25 cm, kulit
lebih tebal, rambut mulai tumbuh di kepala, bunyi jantung sudah dapat didengar.
f. Umur kehamilan 24 minggu Panjang fetus 30
– 32 cm, kedua kelopak mata tumbuh alis dan bulu mata, kulit keriput, kepala
besar. Bila lahir dapat bernafas tetapi hanya bertahan hidup beberapa jam saja.
g. Umur kehamilan 28 minggu Panjang fetus 35
cm, kulit berwarna kemerahan ditutupi verniks caseosa, bila lahir dapat
bernafas, menangis pelan dan lemah, bayi imatur.
h.
Umur kehamilan 32 minggu
i.
Panjang
fetus 40 – 42 cm, kulit merah dan keriput. Bila lahir kelihatan seperti orang
tua kecil. Umur kehamilan 36 minggu Panjang fetus 46 cm, muka berseri, tidak
keriput, bayi prematur.
j.
Umur
kehamilan 40 minggu Panjang fetus 50 – 55 cm, bayi cukup bulan, kulit licin,
verniks caseosa banyak, rambut kepala tumbuh baik, pada bayi laki-laki testis
sudah turun skrotum, sedangkan pada wanita labia mayora berkembang baik.
2.1.3
Perubahan Fisiologis
Pada Wanita Hamil
1.
Perubahan pada sistem reproduksi
a. Rahim
dan uterus Rahim yang semula besarnya sejempol dan beratnya 30 gram akan
mengalami hipertrofi dan hiperplasia, sehingga sebesar 1000 gram saat hamil
otot rahim mengalami hiperplasia dan hipertrofi menjadi lebih besar, lunak dan
dapat mengikuti pembesaran rahim karena pertumbuhan janin. Ukuran pada kehamilan cukup bulan akan membesar
dengan kapasitas lebih dari 4000 cc.
b. Vagina dan vulva Mengalami peningkatan
pembuluh darah karena pengaruh estrogen sehingga tampak makin merah dan kebiru-biruan
(tanda chadwick).
c. Ovarium (indung telur) Dengan terjadinya
kehamilan, indung telur yang mengandung korpus luteum gravidarum akan
meneruskan fungsinya sampai terbentuknya plasenta yang sempurna pada umur 16
minggu.
2. Perubahan pada organ dan sistem lainnya
a. Sistem sirkulasi darah ibu Peredaran darah
ibu dipengaruhi beberapa faktor, yaitu
-
Meningkatnya
kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat memenuhi kebutuhan perkembangan dan
pertumbuhan janinnya dalam rahim.
-
Terjadi
hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi utero plasenter
-
Pengaruh
hormon estrogen dan progesteron makin meningkat. Volume darah semakin meningkat
dimana jumlah serum darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah sehingga
terjadi semacam pengenceran darah (haemodilusi), mulai tampak sekitar umur
hamil 16 minggu dengan puncaknya pada umur hamil 32 minggu. Sehingga pengidap
penyakit jantung harus berhati untuk hamil beberapa kali. Volume darah
bertambah besar 25 – 30% sedangkan sel darah bertambah sekitar 20%.
b.
Sistem respirasi Pada kehamilan terjadi juga perubahan
sistem respirasi untuk dapat memenuhi kebutuhan O2, di samping
terjadi desakan diafragma karena dorongan rahim yang membesar pada umur
kehamilan 32 minggu. Sebagai kompensasi terjadi desakan rahim dan kebutuhan O2
yang meningkat, ibu hamil akan bernafas lebih dalam sekitar 20 – 25% dari
biasanya.
c.
Sistem pencernaan Karena pengaruh estrogen, pengeluaran
asam lambung meningkat yang dapat menyebabkan pengeluaran air liur berlebihan
(hipersalivasi), morning sickness, emesis gravidarum. Progesteron menimbulkan
gerak usus makin berkurang dan dapat menyebabkan obstipasi.
d.
Alat-alat kencing
Ginjal bekerja lebih berat karena harus menyaring ampas dari dua orang
yaitu ibu dan janin. Pada trimester kedua kehamilan akan terjadi sering buang
air kecil karena uterus lebih antefleksi dan membesar sehingga menekan kandung
kemih Perubahan pada kulit Kulit terjadi deposit pigmen dan hiperpigmentasi
karena pengaruh melanophore stimulating hormone lobus hipofise anterior dan
pengaruh kelenjar suprarenalis.
-
Muka menyerupai topeng yang disebut chloasma
gravidarum.
-
Pada areola dan papilla mammae mengalami hyperpigmentasi dan papilla lebih
menonjol.
-
Pada perut terdapat linea alba (garis hitam yang terbentang
di atas simfisis sampai pusat) dan linea nigra (lebih hitam terbentang di
tengah di atas pusat sampai px) ada striae gravidarum yang merupakan
garis-garis pada kulit yang dibedakan menjadi striae livide (berwarna hitam)
dan striae albican (berwarna putih).
e.
Perubahan tungkai Pada hamil tua sering oedem pada
salah satu tungkai yang disebabkan oleh tekanan uterus yang membesar, terkadang
juga terjadi varises. Hal ini terjadi karena pengaruh hormon estrogen sehingga
vena mengalami hypervaskularisasi.
f.
Perubahan sikap Pada wanita hamil, uterus membesar
karena terisi oleh hasil konsepsi yang tumbuh menjadi janin dan juga peregangan
pada perut, maka untuk mengimbangi berat tersebut akan mengalami lordosis.
g.
Perubahan tulang dan gigi Persendian panggul akan
terasa lebih longgar, karena ligamen melunak (softeining) dan terjadi sedikit
pelebaran pada ruang persendian juga sering terjadi epulis pada gusi.
h.
Metabolisme Dengan terjadinya kehamilan, metabolisme
tubuh mengalami perubahan yang mendasar, dimana kebutuhan nutrisi makin tinggi
untuk pertumbuhan janin dan persiapan memberikan ASI.
i.
Payudara
mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan memberikan ASI pada
saat laktasi. Perkembangan payudara tidak dapat dilepaskan dari pengaruh hormon
saat kehamilan yaitu estrogen, progesteron dan somato mammotropin.
Penampakan payudara pada ibu
hamil adalah sebagai berikut :
-
Payudara menjadi lebih besar.
-
Areola mammae makin hyperpigmentasi.
-
Glandula montgomery makin tampak.
-
Pengeluaran ASI belum berlangsung karena prolaktin
belum berfungsi karena hambatan dari PIH (Prolaktine Inhibiting Hormone) untuk
mengeluarkan ASI.
-
Setelah persalinan hambatan prolaktin tidak ada
sehingga pembuatan ASI dapat berlangsung.
2.1.4
Perubahan Psikologi
1.
Trimester I
a.
Ibu merasa tidak sehat dan sering kali membenci
kehamilannya.
b. Perasaan kecewa, penolakan dan kesedihan.
c.
Butuh dicinta.
d.
Masih rahasia.
2.
Trimester II
a.
Ibu merasa sehat.
b.
Ibu sudah menerima kehamilannya.
c.
Merasakan gerakan bayi.
3.
Merasa nyaman. Trimester III
a.
Periode menunggu dan waspada.
b. Meningkatkan kewaspadaan akan timbulnya
tanda-tanda dan gejala terjadinya persalinan.
c. Melindungi bayinya agar terlindung dari
bahaya.
d.
Merasa aneh dan jelek.
e.
Merasa sedih akan terpisah dari bayinya dan kehilangan
perhatian khusus yang diterima selama hamil.
f. Butuh dukungan dari suami, keluarga dan
bidan.
g. Persiapan aktif untuk kelahiran bayi dan
menjadi orang tua.
2.1.5
Pembagian Usia
Kehamilan
Usia kehamilan dibagi menjadi
tiga trimester, yaitu :
1.
Trimester I :
0 – 12 minggu
2.
Trimester II :
13 – 27 minggu
3.
Trimester III :
28 – 40 minggu
2.1.6
Tanda dan Gejala
Kehamilan
1.
Tanda presumtif
a.
Amenorhoe Wanita harus mengetahui tanggal hari pertama
haid terakhir (HPHT) supaya dapat ditaksir umur kehamilan dan taksiran tanggal
persalinan yang dihitung dengan menggunakan rumus TP = HPHT + 7, bulan HT – 3,
tahun HT + 1.
b.
Mual dan muntah Biasanya terjadi pada bulan-bulan
pertama kehamilan hingga akhir trimester I. Karena sering terjadi pagi hari,
disebut morning sickness.
c. Mengidam Ibu hamil sering meminta makanan
atau minuman tertentu terutama pada TM I.
d. Tidak tahan suatu bau-bauan.
e. Pingsan Bila berada pada tempat-tempat
ramai yang sesak dan padat bisa pingsan.
f. Tidak ada selera makan Hanya berlangsung
pada TM I kehamilan, kemudian nafsu makan timbul lagi.
g.
Lelah
h.
Payudara membesar, tegang dan sedikit nyeri Disebabkan
pengaruh estrogen dan progesteron yang merangsang duktus dan alveoli payudara,
kelenjar montgomery terlihat lebih besar.
2.
Tanda mungkin hamil
a.
Perut membesar.
b. .Uterus membesar, terjadi perubahan
dalam bentuk, besar dan konsistensi dari rahim.
c.
Tanda hegar
d.
Konsisten rahim yang lunak terutama di daerah istmus
uteri, jika VT sampai vorniks anterior dan tangan satunya pada dinding perut,
seolah-olah istmus (-).
e.
Tanda piscaseck
f. Pembesaran dengan perubahan bentuk
rahim lebih besar di tempat nidasi.
g.
Tanda chadwick Pada
vagina terlihat daerah livid dan keunguan karena congesti vena.
h. Kontraksi kecil uterus bila
dirangsang (braxton hicks).
i.
Reaksi kehamilan positif
3.
Tanda pasti (tanda positif)
a.
Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa atau
diraba, juga bagian-bagian janin (melalui USG).
b.
Terdengar DJJ.
c. Terlihat tulang-tulang janin dalam
foto rontgen.
2.1.7
Perbandingan Antara
Primipara dengan Multipara
Primi
|
Multi
|
-
Buah dada runcing
|
-
Lembek menggantung
|
-
Putting susu runcing
|
-
Putting susu tumpul
|
-
Perut tegang dan menonjol ke depan
|
-
Perut lembek dan tergantung
|
-
Striae livide
|
-
Striae livide dan albican
|
-
Perineum utuh
|
-
Perineum berparut
|
-
Vulva tertutup
|
-
Vulva menganga
|
-
Hymen perforates
|
-
Carunucular myrtiformis
|
-
Vagina sempit
|
-
Vagina longgar
|
-
Portio meruncing
|
-
Portio tumpul dan berbagi dalam bibir depan dan belakang
|
2.1.8
Usia Kehamilan
Menentukan
umur kehamilan sangat penting untuk memperkirakan persalinan. Umur kehamilan
dapat ditentukan dengan :
1.
Mempergunakan rumus Neagle
Dapat dihitung dari haid pertama haid terakhir, tanggal ditambah tujuh,
bulan dikurangi tiga, tahun ditambah satu.
2.
Gerakan pertama janin (quickening)
Gerakan janin terasa pada
sekitar minggu ke-16 kehamilan.
3.
Perkiraan tinggi fundus uteri
Menggunakan rumus Mc. Donald.
Umur kehamilan =
|
TFU (dalam cm)
3,5
|
4.
Menurut Spielgeberg
Dengan jalan mengukur tinggi fundus uteri dari sympisis, maka diperoleh
data :
22 –
28 minggu 24 – 25 cm di atas
sympisis
28
minggu 26,7 cm di atas
sympisis
30
minggu 29,5 – 30 cm di atas
sympisis
32
minggu 29,5 – 30 cm di ats
sympisis
34
minggu 31 cm di atas
sympisis
36
minggu 32 cm di atas
sympisis
38
minggu 33 cm di atas
sympisis
40
minggu 37,7 cm di atas
sympisis
5. Rumus Johnson – Tausak : BB = (MD –
12)x155
BB : Berat badan, MD : Jarak sympisis – fundus uteri
6.
Penentuan umur kehamilan dengan ultrasonografi dimana
diperhitungkan umur hamil dengan jarak biparietal, jarak tulang tibia dan
panjang lingkaran abdomen janin.
7.
Cara menghitung DJJ
a. Setiap menit misalnya 140 kali per menit.
b. Dihitung 3x5 detik secara berurutan,
dengan cara ini diketahui teratur tidaknya DJJ
Contoh :
11 – 12 – 11
DJJ = 4x (11+12+11) = 136 x/ menit, teratur
2.1.9
Menentukan Leopold
Manuver palpasi menurut leopold :
Pemeriksaan menurut l
1.
Leopold I
-
Pemeriksa menghadap muka ibu hamil
-
Menentukan
TFU dan bagian janin dalam fundus
-
Menentukan konsistensi uterus
-
Menentukan TBJ
Variasi menurut Knebel :
Menentukan letak
kepala/bokong, satu tangan di fundus tangan lain di atas sympisis.
2.
Leopold II
-
Menentukan
bagian samping rahim kanan dan kiri ibu.
-
Menentukan
letak punggung dan bagian terkecil (ekstremitas) janin kiri/kanan.
-
Pada
letak lintang tentukan dimana kepala janin.
Variasi menurut Budin :
Menentukan letak punggung
dengan satu tangan menekan di fundus.
Variasi menurut Ahfeld:
Menentukan letak punggung
dengan pinggir tangan kiri diletakkan tegak ditengah perut ibu.
3.
Leopold III
-
Menentukan bagian berbawah janin.
-
Apakah bagian terbawah tersebut sudah masuk PAP atau
masih goyang.
4.
Leopold IV
-
Pemeriksa
menghadap ke arah kaki ibu hamil.
-
Menentukan
bagian terbawah janin berapa jauh sudah masuk PAP.
2.2
Konsep Dasar Blighted Ovum
2.2.1
Pengertian Blighted ovum
Blighted ovum adalah keadaan dimana seorang wanita
merasa hamil tetapi tidak ada bayi di dalam kandungan. Seorang wanita yang
mengalaminya juga merasakan gejala-gejala kehamilan seperti terlambat
menstruasi, mual dan muntah pada awal kehamilan (morning sickness), payudara
mengeras, serta terjadi pembesaran perut, bahkan saat dilakukan tes kehamilan
baik test pack maupun laboratorium hasilnya pun positif.
Pada
saat konsepsi, sel telur (ovum) yang matang bertemu sperma. Namun akibat
berbagai faktor maka sel telur yang telah dibuahi sperma tidak dapat berkembang
sempurna, dan hanya terbentuk plasenta yang berisi cairan. Meskipun demikian
plasenta tersebut tetap tertanam di dalam rahim. Plasenta menghasilkan hormon
HCG (human chorionic gonadotropin) dimana hormon ini akan memberikan sinyal
pada indung telur (ovarium) dan otak sebagai pemberitahuan bahwa sudah terdapat
hasil konsepsi di dalam rahim. Hormon HCG yang menyebabkan munculnya
gejala-gejala kehamilan seperti mual, muntah, ngidam dan menyebabkan tes
kehamilan menjadi positif. Karena tes kehamilan baik test pack maupun
laboratorium pada umumnya mengukur kadar hormon HCG (human chorionic
gonadotropin).
2.2.2
Etiologi
a.
Hampir 60% kehamilan kosong disebabkan adanya kelainan
kromosom dalam proses pembuahan sel telur dan sel sperma.
b.
Meskipun prosentasenya tidak terlalu besar, infeksi
rubella, infeksi TORCH, kelainan imunologi, dan sakit kencing manis/diabetes
melitus yang tidak terkontrol. Pada ibu hamil dapat menjadi menyebabkan
terjadinya kehamilan kosong.
c.
Kian tua usia istri dan suami serta semakin banyak
jumlah anak yang dimiliki juga dapat memperbesar peluang terjadinya kehamilan
kosong.
d.
Kadang-kadang Blighted Ovum disebabkan rendahnya kadar
hormon dalam tubuh, akan tetapi penyebab utama kondisi ini nampaknya karena
faktor kromosom. Blighted Ovum terjadi ketika kromosom – kromosom yang
membentuk janin rusak atau terganggu, mengakibatkan kerusakan genetik yang parah.
Kemudian tubuh anda mengenali abnormalitas kromosom ini dan secara alami
berusaha untuk mengakhiri kehamilan.
2.2.3
Patogenesis
Pada saat
pembuahan, sel telur yang matang dan siap dibuahi bertemu sperma. Namun dengan berbagai penyebab (diantaranya
kualitas telur/sperma yang buruk atau terdapat infeksi torch), maka unsur
janin tidak berkembang sama sekali. Hasil konsepsi ini akan tetap tertanam
didalam rahim lalu rahim yang berisi hasil konsepsi tersebut akan mengirimkan
sinyal pada indung telur dan otak sebagai pemberitahuan bahawa sudah terdapat
hasil konsepsi didalam rahim. Hormon yang dikirimkan oleh hasil konsepsi
tersebut akan menimbulkan gejala-gejala kehamilan seperti mual, muntah dan
lainya yang lazim dialami ibu hamil pada umumnya.
2.2.4
Tanda Gejala
a.
Pada awal
kehamilan berjalan baik dan normal tanpa ada tanda-tanda kelainan.
b.
Kantung
kehamilan terlihat jalas, tes kehamilan urin positif kemungkinan akan
mengalami gejala umum kehamilan biasa, kemudian dapat timbul gejala tidak khas
yaitu perdarahan spotting coklat kemerah-merahan, kram perut, dan bertambahnya
ukuran rahim yang lambat.
c.
Blighted
ovum terdeteksi saat ibu melakukan USG pada usia kehamilan memasuki 6-7 minggu.
2.2.5
Diagnosis
a.
Tes
kehamilan: Positif
b.
Pemeriksaan
DJJ
c.
Pemeriksaan
USG abdominal atau transvaginal akan mengungkapkan ada tidaknya janin yang
berkembang dalam rahim
2.2.6
Pencegahan
1.
Melakukan imunisasi pada si ibu untuk menghindari
masuknya virus rubella ke dalam tubuh. Selain imunisasi, ibu hamil pun harus
selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan tempat tinggalnya.
2.
Sembuhkan dahulu penyakit yang diderita oleh calon ibu.
Setelah itu pastikan bahwa calon ibu benar-benar sehat saat akan merencanakan
kehamilan.
3.
Melakukan pemeriksaan kromosom
4.
Tak hanya pada calon ibu, calon ayah pun disarankan
untuk menghentikan kebiasaan merokok dan memulai hidup sehat saat prakonsepsi.
5.
Periksakan kehamilan secara rutin. Sebab biasanya
kehamilan kosong jarang terdekteksi saat usia kandungan masih di bawah
delapan bulan.
2.2.7
Kehamilan Selanjutnya
Sebagian besar wanita yang menderita Blighted Ovum
mendapatkan kehamilan sehat di masa depan. Meskipun ada kemungkinan untuk
menderita abortus / keguguran berulang, ini sangat dimungkinkan ada beberapa
penyebab / masalah reproduksi. Untuk memberikan waktu tubuh Anda untuk normal
kembali, disarankan menunggu satu sampai tiga siklus haid sebelum mencoba untuk hamil kembali. Gunakan
kontrasepsi selama waktu tersebut untuk mencegah kehamilan terlebih dahulu.
Jika Anda
telah mengalami lebih dari dua kali keguguran berurutan, sebaiknya Anda
berkonsultasi dengan spesialis kandungan/ahli reproduksi. Anda atau
pasangan Anda mungkin menderita suatu masalah yang mengganggu kehamilan,
sehingga diperlukan pemantauan dan terapi khusus yang dapat membantu Anda untuk
mencegah keguguran selanjutnya dan membawa kehamilan sampai genap bulan.
2.3
Konsep Dasar Asuhan Kebidanan
2.3.1
Pengkajian
Asuhan
kebidanan adalah aktifitas atau intervensi yang dilakukan bidan pada ibu yang
mempunyai masalah kebidanan dengan menggunakan manajemen kebidanan. (Depkes, 1996).
Manajemen kebidanan adalah proses pemcahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah penemuan – penemuan keterampilan dalam rangkaian atau
tahapan yang logis, untuk pengembilan suatu keputusan yang berfokus kepada
klien. (Hellen Varney, 19.97
A. Data Subyektif
1) Biodata
Nama ibu
|
: Ny. “ ”
|
Nama suami
|
: Tn. “ ”
|
Umur
|
: tahun
|
Umur
|
: tahun
|
Agama
|
:
|
Agama
|
:
|
Suku/bangsa
|
:
|
Suku/bangsa
|
:
|
Pendidikan
|
:
|
Pendidikan
|
:
|
Pekerjaan
|
:
|
Pekerjaan
|
:
|
Penghasilan
|
: -
|
Penghasilan
|
:
|
Kawin ke
|
:
|
Kawin ke
|
:
|
Lama kawin
|
:
|
Lama kawin
|
:
|
Alamat
|
:
|
Alamat
|
:
|
2) Keluhan utama
Yang
ditanyakan kehamilan yang keberapa, serta usia kehamilan
sekarang, apakah ada keluhan.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Apakah
saat ini klien menderita suatu penyakit yang menyertai kehamilannya, kapan,dan apakah sudah diperiksakan kepetugas kesehatan, sudah mendapat obat apa dan bagaimana hasilnya.
4) Riwayat kesehatan yang lalu
Ditanyakan
apakah klien pernah dirawat di Rumah sakit,pernah menderita penyakit
keturunan,menular,menahun,apakah klien pernah mengalami operasi.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Hal
yang perlu ditanyakan adalah riwayat penyakit-penyakit menular, menurun dan
menahun yang diderita oleh keluarga pasien.
6) Riwayat obstetri
a. Riwayat menstruasi
Yang ditanyakan adalah
menarche umur berapa, siklus, lamanya, jumlahnya, warnanya, konsistensinya,
keluhan dan flour albus.
b. Riwayat kehamilan
Yang ditanyakan hamil
keberapa, HPHT, UK, HPL, pola ANC nya mendapat imunisasi TT, berapa kali,
pergerakan anak kapan mulai dirasakan, obat-obatan yang pernah didapat selama
hamil, penyuluhan yang pernah didapat selama hamil.
c. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Yang ditanyakan mengenai
kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.
d. Riwayat ginekologi
Hal yang perlu diketahui
apakah klien pernah keguguran dan kuretase serta apakah klien mempunyai
penyakit seperti Ca. Cervix, ca. Mammae, dll.
e. Riwayat KB
Hal yang perlu ditanyakan
apakah ibu pernah menggunakan metode KB apa dan berapa lama serta apa ada
keluhan.
7) Keadaan psikososial
Yang ditanyakan apakah ibu
merasa senang dengan kelahiran anaknya. Apakah hubungan antara ibu, suami dan
keluarga dengan masyarakat baik.
8) Riwayat sosial budaya
Klien berasal dari suku apa,
mempunyai kebiasaan adat apa saja, dan apa mempunyai
kepercayaan yang dapat mengakibatkan keadaan yang fatal terhadap
keadaannya saat ini.
9) Pola kebiasaan sehari-hari
Yang ditanyakan bagaimana pola
nutrisi, aktivitas, eliminasi, istirahat, serta
seksualitas sebelum dan saat hamil.
B. Data Obyektif
Adalah
data yang diperoleh melalui pemeriksaan fisik yang terdiri dari inspeksi
(periksa pandang), palpasi (periksa raba), auskultasi (periksa dengar) dan
perkusi (periksa ketuk) dan pemeriksaan yang terdiri dari :
1.
Kesadaran umum
Bagaimana tingkat kesadarannya, postur tubuh, cara berjalan, tinggi
badan, berat badan sebelum hamil, saat hamil dan berapa kenaikannya serta
berapa ukuran LILAnya untuk mengetahui status gizi ibu.
2.
Tanda-tanda vital
Tensi : 110/70 –140/90 mmHg
Nadi : 76 – 92x/menit
Suhu : 36,5 – 37,5oC
RR : 16 – 24x/menit
3.
Pemeriksaan fisik
a.
Inspeksi
Kepala : Warna
rambut, bentuk rambut, rambut tidak rontok, kulit kepala bersih atau tidak,
rambut ada ketombe atau tidak.
Muka : Pucat
atau tidak, ada cloasma gravidarum atau tidak, ada oedem atau tidak.
Mata : Simetris
atau tidak, strabismus atau tidak, konjungtiva merah muda atau pucat, sklera
putih atau tidak, ada sekret atau tidak, palpebra atau tidak
Hidung : Simetris
atau tidak, ada sekret atau tidak, ada polip atau tidak, ada PCH atau tidak.
Mulut dan gigi : Bibir
lembab atau tidak, ada stomatitis atau tidak, ada caries atau tidak, kotor atau
tidak, gusi berdarah atau tidak, ada gigi palsu atau tidak, lidah bersih atau
tidak.
Telinga : Simetris
atau tidak, ada serumen atau tidak.
Leher : Ada
pembesaran kelenjar tyroid atau tidak, ada pembendungan vena jugularis atau
tidak, ada lesi atau tidak.
Dada : Simetris
atau tidak, putting susu menonjol atau tidak, ada hiper pigmentasi atau tidak,
sudah keluarga colostrum atau tidak.
Axilla : Bersih
atau tidak, ada pembesaran kelenjar limfe atau tidak.
Abdomen : Simetris
atau tidak, adakah pembesaran hepar, ada luka operasi atau tidak, terdapat
striae albican atau tidak, linea nigra atau tidak.
Punggung : Simetris
atau tidak, ada kelainan tulang belakang atau tidak.
Anus : Bersih
atau tidak, ada lesi atau tidak, ada hemorroid atau tidak.
Ekstremitas atas : polidaktil, sindaktil, brachidaktil atau
tidak.
Ekstremitas bawah : Bersih atau tidak, ada lesi atau tidak,
adakah kelainan pada jari, adakah kelainan gerak atau tidak, ada polidaktil,
sindaktil, brachidaktil atau tidak.
b. Palpasi
Kepala : Ada nyeri tekan atau tidak, ada benjolan
atau tidak.
Leher : Ada pembesaran kelenjar tyroid dan
pembendungan kelenjar vena jugularis atau tidak.
Axilla : Ada pembesaran kelenjar limfe atau tidak.
Dada : Ada benjolan atau tidak, palpasi keluar ASI
atau tidak, ada nyeri tekan atau tidak.
Abdomen :
Leopold I : Untuk menentukan dan bagian apa yang ada di
fundus.
Leopold II : Untuk mengetahui bagian samping kanan kanan
kiri ibu, jika letak lintang akan teraba kepala dan bokong.
Leopold III : Untuk menentukan bagian terbawah janin, apa sudah masuk PAP atau
belum.
Leopold IV : Untuk menentukan seberapa jauh bagian terbawah janin masuk PAP.
Auskultasi
Dada : Tidak Ada wheezing dan ronchi.
Abdomen : DJJ baru terdengar pada usia kehamilan 18 –
20 minggu, funandoskop daerah paling jelas à punctum maksimum, DJJ normal (120 – 160x/menit).
c.
Perkusi
Abdomen : Meteorismus
atau tidak.
Ekstremitas bawah : Reflek
patella +/+.
4.
Pemeriksaan panggul luar
a. Distansia spinarum : Jarak antara kedua SIAS
kanan kiri (24 – 26 cm)
b. Distansia cristarum : Jarak terjauh antara kedua
crista iliaka kanan dan kiri (26 – 29 cm)
c. Konjugata eksterna : (Bouldeleque) yaitu jarak
antara tepi atas sympisis dan prosesus spinosus lumbal ke V (18 – 20 cm)
d. Lingkar panggul : Diukur dari sympisis ke
pertengahan antara SIAS dan trokantor mayor dan kembali ke sympisis (80 – 90
cm)
5.
Pemeriksaan laboratorium
Yaitu pemeriksaan yang dilakukan di ruang laboratorium (urine, tinja,
darah), untuk menegakkan diagnosa dan ketidaknormalan.
6. Pemeriksaan
penunjang
Yaitu pemeriksaan yang
dilakukan untuk menegakkan diagnosa (USG).
2.3.2
Langkah 2 : Identifikasi Diagnosa,
Masalah dan Kebutuhan
Yaitu diagnosa atau masalah yang ditegakkan
berdasarkan data subyektif dan obyektif yang dikumpulkan, disampaikan dan
dianalisa yang merupakan proses yang dinamik sesuai dengan perkembangan pasien
yang cepat diketahui dan dapat digunakan untuk melakukan tindakan yang tepat.
Diagnosa : Ny. “…” G…P….,
UK…minggu, hidup atau mati, tunggal atau ganda, letak kepala atau letak bokong,
intrauterin atau ekstrauterin, keadaan jalan lahir normal atau tidak, keadaan
umum ibu baik atau tidak.
DS : Data yang diambil mulai dari anamnesa klien.
DO : Data yang diperoleh dari pemeriksaan yang
dilakukan oleh Nakes kepada klien dan dapat mendukung assasement.
TTV
Tensi : 100/70 –
130/90 mmHg
Suhu : 36,5 – < 37oC
Nadi : 76 – 92x/menit
RR : 16 – 24x/menit
Palpasi
Leopold I : TFU (- cm),bagian fundus teraba
bulat,lunak,tidak melenting(bokong).
Leopold II : Bagian perut ibu sebelah kanan/kiri teraba
keras, panjang seperti papan. Bagian perut ibu sebelah kanan/kiri teraba bagian terkecil janin.
Leopold III : Bagian terendah janin teraba bulat, keras, melenting(kepala), Bagian terendah belum masuk PAP(Masih dapat digoyang).
Leopold IV : Tidak dilakukan.
2.3.3
Langkah 3 : Antisipasi Masalah Potensial
Mengidentifikasi masalah dan diagnosa potensial
lainnya berdasarkan rangkaian dan diagnosa yang ada dan timbul bila tidak
segera diatasi akan mengganggu keselamatan jiwa.
2.3.4
Langkah 4 : Identifikasi Kebutuhan
Segera
Merupakan langkah sebagai proses management tidak
hanya pada pemberian pelayanan dasar pada kunjungan antenatal tetapi juga pada
saat bidan berada dengan klien.
2.3.5
Langkah 5 : Intervensi
Langkah ini ditentukan berdasarkan pengkajian langkah
sebelumnya sebagai hasil kelanjutan manajemen terhadap diagnose atau masalah
yang telah teridentifikasikan atau menentukan suatu rencana tindakan yang akan
dilakukan.
Diagnosa : Ny. “…” G…P….,
UK…minggu, hidup atau mati, tunggal atau ganda, letak kepala atau letak bokong,
intrauterin atau ekstrauterin, keadaan jalan lahir normal atau tidak, keadaan
umum ibu baik atau tidak.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 1 x 30 menit diharapkan ibu mengerti tentang penjelasan yang diberikan petugas.
Kriteria : -
-
Ibu dapat mengerti dan memahami penjelasan yang
diberikan oleh petugas
-
Ibu
dapat mengulang penjelasan yang diberikan oleh petugas
Intervensi
1. Lakukan pendekatan terapeutik kepada klien dan keluarganya.
Rasional : Dengan pendekatan diharapkan akan terjalin kerjasama dan kepercayaan
terhadap petugas.
2. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan
yang telah dilakukan merupakan kehamilan kosong.
Rasional : Dengan penjelasan
diharapkan ibu dapat mengerti tentang keadaan kehamilannya saat ini.
3. Memberi konseling pada ibu tentang
tindakan kuretase yang harus dilakukan demi keselamatan ibu karena kehamilan
tersebut tidak normal.
Rasional : Dengan penjelasan
diharapkan ibu dapat mengerti tentang keadaan kehamilannya saat ini bahwa
tindakan tersebut semata-mata untuk keselamatan ibu.
4. Anjurkan pada ibu untuk istirahat yang
cukup.
Rasional : Agar ibu relaksasi dan kesehatannya terjaga.
5. Menyiapkan ibu untuk persiapan tidakan
kuretase
Rasional : Dengan persiapan yang baik diharap ibu dapat menjalani tindakan
kuratase dengan lancar
6. Melakukan tindakan kuretase oleh
dokter spesialis
Rasional : Tindakan kuretase
merupakan kewenangan Dokter Spesiais
7. Melakuan pemantauan keadaan ibu pasca
kuretase.
Rasional : Sebagai parameter awal mendeteksi dini
adanya kelainan.
2.3.6
Implementasi
Yaitu pelaksanaan adalah realita dari rencana asuhan
kebidanan yang telah disusun untuk mencapai tujuan yang ditentukan.
2.3.7
Evaluasi
Yaitu langkah akhir dari proses manajemen kebidanan
adalah evaluasi sebagian tindakan pengukuran antara kebersihan dan rencana
serta evaluasi ini dibutuhkan atau dihentikan, apakah masalah dapat diatasi
keseluruhannya.
Tanggal : ….. Jam : … WIB
Diagnosa : Ny. “…” G…P…., UK…minggu, hidup atau mati,
tunggal atau ganda, letak kepala atau letak bokong, intrauterin atau
ekstrauterin, keadaan jalan lahir normal atau tidak, keadaan umum ibu baik atau
tidak.
S : Data yang diperoleh dari anamnesa pasien .
O : Data yang diperoleh dari observasi dan
pemeriksaan.
A : Pernyataan gabungan dari data subyektif dan
obyektif.
P : Pelaksanaan
.
BAB
IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Blighted
ovum adalah suatu kehamilan tanpa dijumpai adanya pertumbuhan
embrio dan kuretase adalah alternatif cara untuk membersihkan rahimyang
merupakan sebuah tindakan medis untuk mengeluarkan jaringan atau sisa
jaringan dari dalam rahim. Jaringan bisa berupa janin yang mengalami abortus,
endometriosis, janin yang tidak berkembang, dan sisa plasenta yang
tertinggal seusai persalinan.
Pasien yang ditemukan di Rumah sakit Umum Daerah
Banjarbaru setelah dilakukan pemeriksaan dengan ultrasonografi juga mengalami
blighted ovum dan dilakukan penatalaksanaan berupa kuretase.
Dari teori yang didapatkan dan pasien yang ditemukan
memiliki beberapa persamaan setelah kuretase yaitu tidak
mengalami perdarahan lagi dan tidak mengalami tanda-tanda bahaya setelah
kuret sepertiperdarahan karena jaringan tidak habis dibersihkan, cerukan di
dinding rahim, gangguan haid, bahkan infeksi sehingga dapat dikatakan bahwa ibu
mengalami masa post kuretase yang normal.
4.2
Saran
4.2.1
Pasien
Saat mengetahui jika dirinya mengalami tanda-tanda
hamil atau mengetahui bahwa dirinya hamil namun tidak mengalami perkembangan
pada perutnya atau perut terasa kosong, tidak ada gerakan janin maka segera
memeriksakan diri kepetugas kesehatan untuk mencegah terjadinya blighted ovum
dan menghindari kehilangan bayi dengan dikuretase.
4.2.2
Untuk pelayanan di Rumah Sakit Umum
Daerah
Memberikan informasi kepada ibu setelah dilakukan
kuretase ataupun setelah tindakan yang lainnya untuk menjaga mutu pelayanan dan
meningkatkan kenyamanan bagi pasien.
Referensi:
1. Bobak,
Lowdermilk, Jensen (Alih bahasa: Wijayarini, Anugerah). 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas,
edisi 4. EGC, Jakarta.
2. Cunningham, et.al. 2010. E-book Williams Obstetrics, edisi 23. The Mc
Graw-Hill Companies, USA.
3. Fraser,
Cooper (Alih bahasa: Rahayu, et.al.).
2009. Myles, Buku Ajar
Bidan, edisi 14. EGC, Jakarta.
4. Mochtar.
2002. Synopsis Obstetri,
edisi 2. EGC, Jakarta.
5. Varney,
Kriebs, Gegor. 2002. Buku
Ajar Asuhan Kebidanan, Edisi 4, Volume 1. EGC, Jakarta.
6.
DAFTAR
PUSTAKA
7.
8.
Doenges, Marilynn E, Mary
Frances Moorho use. 2001. Rencana
Perawatan Maternal/Bayi Edisi 2. Jakarta : EGC
9.
Saifuddin, Abdul Bari. 2002.
Buku Ajaran
Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP
10.Mansjoer, Arif Dkk. 2002. Kapita Selekta Kedokteran Edisi
Ketiga. Jakarta : Media Aesculapius
11.Mitayani.
2009. Asuhan KeperawatanMaternitas. Jakarta : Salemba Medika
Komentar
Posting Komentar