Makalah ASKEB dengan abortus Imminens
PADA IBU HAMIL NY. E G1P0A0H0
DENGAN ABORTUS IMMINENS
DI RSUD PADANG PANJANG
OLEH :
Novita Sari
Kartika Sri Wahyuni
Agustia Putri Buana
Riza Syafrida Neli
Dian Mustika Sari
Reni Andria Putri
Yuliani Sapasi Putri
Riza Syafrida Neli
Dian Mustika Sari
Reni Andria Putri
Yuliani Sapasi Putri
CI AKADEMIK :
(Rika Armalini, SST)
|
CI LAPANGAN :
(Imelda Neli, SST)
|
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
STIKES
PIALA SAKTI
PARIAMAN
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Kematian
maternal dan neonatal merupakan masalah besar khususnya dinegara yang sedang
berkembang. Sekitar 98-99% kematian maternal dan perinatal terjadi di negara
berkembang, sedangkan di negara maju hanya 1-2%. Sebenarnya sebagian besar
kematian tersebut masih dapat dicegah apabila mendapat pertolongan pertama yang
adekuat (Manuaba, 2007:6).
Sri
Hermiyati (2008) mengatakan terdapat 4.692 jiwa ibu melayang karena tiga kasus
(kehamilan, persalinan, dan nifas). Kematian langsung ibu hamil dan melahirkan
akibat terjadinya perdarahan (28%), eklampsia (24%), infeksi (11%), partus lama
(5%) dan abortus (5%). Perdarahan yang banyak menyebabkan kematian ibu yang
sekarang banyak ditemui adalah abortus (Saleh, 2010).
Di
dunia terjadi 20 juta kasus abortus tiap tahun dan 70.000 wanita
meninggal karena bortus tiap tahunnya. Angka kejadian abortus di
Asia Tenggra adalah 4,2 juta pertahun termasuk Indonesia, sedangkan frekuensi
abortus spontan di Indonesia adalah 10-15% dari 6 juta kehamilan setiap
tahunnya atau 600-900 ribu, sedangkan abortus buatan sekitar 750 ribu 1,5 juta
setiap tahunnya, 2500 orang di antaranya berakhir dengan kematian (Ulfah Ansor,
2006). Manuaba (2007), mengemukakan diperkirakan terjadi gugur kandungan secara
illegal pada kehamilan yang tidak di inginkan sebanyak 2,5-3 juta orang/tahun
dengan kematian sekitar 125.000-130.000 orang/tahun di Indonesia.
Abortus
dapat dialami oleh semua ibu hamil, faktor resikonya meliputi usia dan riwayat
baortus berulang (Koesno, 2008). Usia dapat mempengaruhi kejadian abortus
berulang karena pada usia kurang dari 20 tahun belum matangnya alat reproduksi
untuk hamil sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun pertumbuhan dan
perkembangan janin, sedangkan abortus yang terjadi pada usia lebih dari 35
tahun disebabkan berkurangnya fungsi alat reproduksi, kelainan pada kromosom
dan penyakit kronis (Manuaba, 1998).
Berdasarkan
latar belakang tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk menulis makalah
yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Ny. E Umur 43 Tahun G1P0A0 Dengan
Abortus Imminens di RSUD Padang Panjang.
B.
Tujuan
1.
Tujuan
Umum
Mahasiswa
mampu melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny. Eumur 43 tahun G1P0A0
dengan abortus imminens
2.
Tujuan
khusus
a.
Mahasiswa
mampu melakukan pengkajian secara menyeluruh pada ibu hamil Ny. E umur 43 tahun G1P0A0 dengan abortus
imminens
b.
Menginterpretasikan
data dengan merumuskan diagnose kebidanan, masalah, dan kebutuhan pada ibu
hamil Ny. E umur 43 tahun G1P0A0
dengan abortus imminens
c.
Mengidentifikasi
diagnosa potensial pada pada ibu hamil Ny. E
umur 43 tahun G1P0A0
dengan abortus imminens
d.
Mengidentifikasi
terhadap tindakan segera pada ibu hamil Ny. E
umur 43 tahun G1P0A0
dengan abortus imminens
e.
Melakukan
perencanaan asuhan menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan keputusan
yang dibuat pada ibu hamil Ny. E umur 43
tahun G1P0A0 dengan
abortus imminens
f.
Melakukan
pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny. E umur 43 tahun G1P0A0 dengan abortus
imminens sesuai perencanaan secara efektif dana aman
g.
Mengevaluasi
asuhan yang diberikan pada ibu hamil Ny. E
umur 43 tahun G1P0A0
dengan abortus imminens
C.
Manfaat
a.
Bagi
mahasiswa
Mahasiswa
dapat menerapkan teori yang didapat di bangku kuliah dalam praktek di lahan
serta memperoleh pengalaman secara langsung dalam masalah memberikan asuhan
kebidanan pada ibu hamil dengan abortus imminens
b.
Bagi
Institusi
Menambah
pustaka bagi kampus asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan abortus imminens.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Abortus Imminens
1. Pengertian Abortus
Abortus
adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau
sebelum kehamilan tersebut. Berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu
untuk hidup di luar kandungan
Abortus
adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan
(Mochtar Rustam, Sinopsis Obstetri. 1998 : 209).
Berikut
ini macam macam abortus:
a.
Berdasarkan kejadiannya
1)
Abortus spontan
Adalah abortus yang
terjadi secara alamiah tanpa intervensi luar (buatan) untuk mengakhiri
kehamilan tersebut (Saifuddin, 2002). Abortus spontan dibagi atas:
a)
Abortus
imminens
Adalah abortus yang
mengancam, perdarahannya bisa berlanjut beberapa hari atau dapat berulang
(Kusmiyati, 2009). Abortus imminens adalah terjadinya perdarahan dari rahim
sebelum kehamilan mencapai usia 20 minggu, dimana janin masih berada di dalam
rahim dan tanpa disertai pembukaan dari leher rahim. Apabila janin masih hidup
maka kehamilan dapat dipertahankan, akan tetapi apabila janin mengalami
kematian, maka dapat terjadi abortus spontan. Penentuan kehidupan janin dapat
dilakukan dengan pemeriksaan USG (Ultrasonografi) untuk melihat gerakan dan
denyut jantung janin. Denyut jantung janin dapat juga didengarkan melalui alat
Doppler atau Laennec apabila janin sudah mencapai usia 12 – 16 minggu.
Abortus
imminens adalah terjadi perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman terhadap
kelangsungan suatu kehamilan. Dalam kondisi ini, kehamilan masih mungkin
berlanjut dan dipertahankan (Wiknjosastro dkk, 2002 : 147). Abortus imminens
adalah abortus ini baru mengancam dan masih ada harapan untuk mempertahankannya
(FK-UNPAD, 1984 : 8)
b)
Abortus
insipiens
Adalah
terjadinya perdarahan ringan atau sedang pada kehamilan muda dimana
hasil konsepsi masih berada dalam kavum uteri (Saifuddin,
2002).
c)
Abortus
inkomplit
Adalah abortus yang
terjadi sebelum usiagestasi 10
minggu, janin danplasenta biasanya keluar, tetapi dalam waktu
yang terpisah (Cunningham, 2005).
d)
Abortus
komplit
Adalah
terjadinya perdarahan sampai semua produk pembuahan ataujanin, selaput
ketuban dan plasenta sudah keluar (Helen Farrer, 1999).
e)
Abortus
habitualis
Adalah abortus spontan
yang terjadi tiga kali berturut-turut atau lebih (Kusmiyati, 2009).
f)
Abortus
infeksio
Adalah
abortus yang disertai komplikasi infeksi. Adanya penyebaran kuman atau toksin
ke dalam sirkulasi dan kavum peritoneum dapat menimbulkan septicemia, sepsis
atau peritonitis (Saifuddin, 2002).
g)
Abortus
septic
Adalah
abortus yang disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya ke
dalam peredaran darah atau peritoneum (Saifuddin, 2002).
h)
Missed
abortion
Missed
abortion terjadi jika sesudah mengalami abortus imminens,perdarahan pervaginam
berhenti namun produk pembuahan meninggal dan tetap berada dalam rahim (Helen
Farrer, 1999).
2)
Abortus buatan
Adalah
abortus yang terjadi akibat intervensi tertentu yang bertujuan untuk mengakhiri
proses kehamilan (Kusmiyati, 2009).
b. Berdasarkan
pelaksanaannya
1)
Abortus
medisinalis (abortus therapeutik)
Abortus yang
dilakukan atas dasar indikasi vital ibu hamil, jika diteruskan kehamilannya ,
akan lebih membahayakan jiwa ibu sehingga terpaksa
dilakukanabortus spontan (Manuaba, 2007).
2)
Abortus kriminalis
Abortus yang
dilakukan pada kehamilan yang tidak diinginkan, diantaranya akibat perbuatan
yang tidak bertanggung jawab. Sebagian besar dilakukan oleh tenaga yang tidak
terlatih sehingga dapat menimbulkan komplikasi (Manuaba, 2007).
2.
Etiologi
Insiden,
15% sampai 25% dari kehamilan yang dikenali secara klinis, mungkin mendekati
50% dari semua konsepsi. (Graber, 2006:368) Penyebab abortus merupakan
gabungan dari beberapa faktor. Umumnya abortus didahului oleh kematian
janin.
Faktor-faktor
yang yang dapat menyebabkan terjadinya abortus adalah:
a. Faktor Janin
Kelainan yang
sering dijumpai pada abortus adalah kelainan perkembangan zigot, embrio, janin
atau plasenta. Kelainan tersebut biasanya menyebabkan abortus pada trimester
pertama, yakni:
1)
Kelainan
telur, telur kosong (blighted ovum), kerusakan embrio, atau kerusakan
kromosom (monosomi, trisomi atau poliploidi)
2)
Embrio
dengan kelainan lokal
3)
Abnormalitas
pembentukan plasenta (hiplopasi trofoblas) (Cunningham, 2005:952)
Produk
konsepsi yang abnormal menjadi penyebab terbanyak dari abortus spontan. Paling
sedikit 10% hasil konsepsi manusia mempunyai kelainan kromosom dan sebagian
besar akan gugur. (Benson, 2008:297).
b.
Faktor
Maternal
1)
Infeksi
Infeksi
maternal dapat membawa dapat membawa resiko bagi janin yang sedang berkembang ,
terutama pada akhir trimester pertama atau awal trimester kedua. Tidak
diketauhi penyebab kematian janin secara pasti, apakah janin yang menjadi
terinfeksi ataukah toksin yang dihasilkan oleh mikroorganisme
penyebabnya.Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan abortus.
2)
Virus
Misalnya
rubella, sitomegalo virus, virus herpes simpleks, varicella zoster, vaccinia,
campak, hepatitis, polio dan ensefalomeilitis.
3)
Bakteri-
misalnya Salmonella typi.
4)
Parasit-
misalnya Toxoplasma gondii, plasmodium.
5)
Penyakit
vaskular-misalnya hipertensi vaskular
6)
Penyakit
endrokin
Abortus
spontan dapat terjadi bila produksi progesteron tidak mencukupi atau pada
penyakit disfungsi tiroid, defisiensi insulin.
7)
Faktor
Imunologis
Ketidakcocokan
(Inkompatibilitas) sistem HLA (Human Leukocyte Antigen)
8)
Trauma
Kasusnya
jarang terjadi, umumnya abortus terjadi segera setelah trauma tersebut,
misalnya trauma akibat pembedahan:
a.
Pengangkatan
Ovarium yang mengandung korpus luteum gravidatum sebelum minggu ke-8
b.
Pembedahan
intraabdominal dan operasi pada uterus pada saat hamil
9)
Kelainan
Uterus
Hipoplasia
uterus, mioma (terutama mioma submukosa), serviks inkompeten atau
retroflexio uteri gravidi incarcerata.
10)
Faktor
psikosomatik pengaruh dari faktor ini masih dipertanyakan. (Benson,
2008:298)
c.
Faktor
Eksternal
1)
Radiasi
Dosis
1-10 rad bagi janin pada usia 9 minggu pertama dapat merusak janin dan dosis
yang lebih tinggi dapat menyebabkan keguguran.
2)
Obat-obatan
3)
Antagonis
asam folat, antikoagulan dan lain-lain. Sebaiknya tidak
menggunakan obat-obatan sebelum kehamilan 16 minggu, kecuali telah di buktikan
bahwa obat tersebut tidak membahyakan janin atau untuk pengobatan penyakit
ibu yang parah.
4)
Bahan-bahan
kimia lainnya, seperti bahan yang mengandung arsen dan benzen. (Wiknjosastro,
2007:303)
d.
Faktor
Resiko
1)
Usia
Usia
dibawah 20 tahun dan di atas 43 tahun merupakan usia resiko untuk
hamil dan melahirkan (Mulyati, 2003). Menurut Manuaba (1998) kurun waktu
reproduksi sehat adalah 20-30 tahun dan keguguran dapat terjadi pada usia yang
masih muda, karena pada saat remaja alat reproduksi belum matang dan belum siap
untuk hamil.
2)
Paritas
ibu
Semakin
banyaknya jumlah kelahiran yang dialami seorang ibu semakin tinggi resikonya
untuk mengalami komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas (Mulyati, 2003).
Sejalan dengan pendapat Cuningham (2005) bahwa resiko abortus spontan semakin
meningkat dengan bertambahnya paritas.
3)
Riwayat
abortus sebelumnya
Setelah
satu kali abortus spontan, memiliki resiko 15% untuk mengalami keguguran lagi,
sedangkan bila pernah 2 kali, resiko meningkatnya 25%. Beberapa studi
meramalkan resiko setelah 3 abortus berurutan 30-45% (Prawirohardjo, 2008).
4)
Pemeriksaan
antenatal
Pemeriksaan
antenatal yang baik adalah minimal 1 kali pada trimester pertama, 1 kali pada
trimester kedua dan 2 kali pada trimester ketiga. Keuntungan yang diperoleh
dengan melakukan pemeriksaan antental dengan baik adalah kelainan yang mungkin
ada atau timbul pada kehamilan tersebut cepat diketahui dan segera dapat di
atasi sebelum berpengaruh tidak baik pad kehamilan (Prawirohardjo, 2008).
5)
Pendidikan
Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Saifudin (2002) bahwa semakin tinggi tingkat
pendidikan makin rendah kejadian abortus. Angka kejadian tertinggi yaitu pada
golongan berpendidikan 10-12 tahun (SMA). Secara teoritis diharapkan wanita
ynag berpendidikan lebih tinggi cenderung lebih memperhatikan kesehatan diri
dan keluarganya.
6)
Merokok
Merokok
dilaporkan menyebabkan peningkatan risiko abortus. Bagi wanita yang merokok
lebih dari 14 batang per hari, risiko tersebut sekitar dua kali lipat
dibandingkan kontrol normal (Cuningham dkk, 2005)
7)
Alkohol
Abortus
spontan dan anomaly janin dapat terjadi akibat sering mengkonsumsi alcohol
selama 8 minggu pertama kehamilan. Angka abortus meningkat dua kali lipat pada
wanita yang minum 2 kali setiap minggu, dan tiga kali pada wanita yang
mengkonsumsi alcohol (Cuningham dkk, 2005)
3.
Patofisiologis
Pada
awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis
jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda
asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing
tersebut.
Pada
kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua secara
dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya karena vili
koriales belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan 8 sampai
14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan
sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan (Wiknjosastro, 2007:303-305).
Mekanisme diatas juga terjadi atau diawali dengan pecahnya selaput ketuban
lebih dulu dan diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat namun plasenta masih
tertinggal dalam cavum uteri.
Plasenta
mungkin sudah berada dalam kanalis servikalis atau masih melekat pada dinding
cavum uteri. Jenis ini sering menyebabkan perdarahan pervaginam yang banyak.
(Widjanarko, 2009).
Pada
kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu daripada
plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong amnion atau
benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum), janin lahir mati,
janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus
papiraseus (Wiknjosastro, 2007:303-305). Janin biasanya sudah dikeluarkan dan
diikuti dengan keluarnya plasenta beberapa saat kemudian. Kadang-kadang
plasenta masih tertinggal dalam uterus sehingga menyebabkan gangguan kontraksi
uterus dan terjadi perdarahan pervaginam yang banyak. Perdarahan umumnya tidak
terlalu banyak namun rasa nyeri lebih menonjol (Widjanarko, 2009).
4.
Gejala
Klinis
a.
Terlambat
haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
b.
Terdapat
perdarahan, disertai perut sakit.
c.
Pada
pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan dan terjadi
kontraksi otot rahim.
d.
Hasil
pemeriksaan dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, kanalis
servikalis masih tertutup, dapat dirasakan kontrasi otot rahim.
e.
Hasil
pemeriksaan tes hamil masih positif
5.
Pemeriksaan
Penunjang
a.
Hasil
USG menunjukkan:
1)
Buah
kehamilan masih utuh, ada tanda kehidupan janin.
2)
Meragukan
3)
Buah
kehamilan tidak baik, janin mati. (Kusmiyati, 2009:150)
4)
Tes
kehamilan positif jika janin masih hidup dan negatif bila janin sudah mati
5)
pemeriksaan
Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
6)
pemeriksaan
fibrinogen dalam darah pada missed abortion
b.
Data
laboratorium:
1)
Tes
urine
2)
hemoglobin
dan hematokrit
3)
menghitung
trombosit
4)
kultur
darah dan urine
c.
Pemeriksaan
ginekologi :
1)
Inspeksi
Vulva: perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium
bau busuk dari vulva
2)
Inspekulo:
perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudahtertutup, ada atau
tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau
busuk dari ostium.
3)
Colok
vagina: porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan
dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan,
tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum
douglas tidak menonjol dan tidak nyeri. (Ratihrochmat, 2009)
6.
Komplikasi
a.
Perdarahan
b.
Perforasi
c.
Infeksi
d.
Syok
1)
Perdarahan
yang banyak disebut syok hemoragik
2)
Infeksi
berat atau sepsis disebut syok septic atau endoseptik
(Wiknjosastro,
2007:311-312)
7.
Diagnosa
Diagnosis abortus imminens ditentukan karena pada
wanita hamil terjadi melalui ostium uteri eksternum, disertai mules sedikit
atau tidak sama sekali, uterus membesar sebesar tuannya kehamilan, serviks
belum membuka, dan tes kehamilan positif. Pada beberapa wanita hamil dapat
terjadi perdarahan sedikit pada saat haid yang semestinya datang jika tidak
terjadi pembuahan. Hal ini disebabkan oleh penembusan vili koriales ke dalam
desidua, pada saat implantasi ovum. Perdarahan implantasi biasannya sedikit,
warnanya merah, dan cepat berhenti, tidak disertai mules-mules. (Wiknjosastro,
2007:305).
8.
Penanganan
a.
Istirahat–baring,
tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan, karena cara ini
menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang
mekanik.
b.
Anjuran
untuk tidak melakukan aktifitas fisik secara berlebihan atau melakukan hubungan
seksual.
c.
Pemeriksaan
USG penting dilakukan untuk menentukan apakah janin masih hidup. (Wiknjosastro
dkk, 2002 : 305)
d.
Pada
fasilitas kesehatan dengan sarana terbatas, pemantauan hanya dilakukan
melalui gejala klinik dan hasil pemeriksaan ginekologik. (Saifuddin, 2007:149)
e.
Terapi
defesiensi hormon pada abortus imminens
Jenis
hormon
|
Dosis
awal
|
Dosis
pemeliharaan
|
Ditrogesteron
|
40 mg
per oral
|
10 mg
setiap 8 jam
|
Alilesterenol
|
20 mg
per oral
|
5 mg
setiap 8 jam
|
Hidroksiprogesteron
kaproag
|
500
mg intramuskuler
|
250 mg
setiap 12 jam, bila adaperbaikan, lanjutkan dengan 250 mg
perhari hingga 7 hari setelahperdarah berhenti.
|
f.
Asam
mefenamat
Digunakan
sebagai anti prostaglandin dan penghilang nyeri tetapi efektifitasnya dalam
mengatasi ancaman abortus, belum dapat dikatakan memuaskan.
g.
Penenang
penobarbital 3 x 30 gram valium
h.
Anti
pendarahan: Adona , Transami
i.
Vit
B Komplek
j.
Hormon
progesteron
k.
Penguat
plasenta: gestanom, dhopaston
l.
Anti
kontraksi Rahim: Duadilan, papaverin
B.
Tinjauan Asuhan Kebidanan
1.
Manajemen
kebidanan
Manajemen asuhan kebidanan atau
manejemen kebidanan adalah suatu metode berfikir dan bertindak tepat secara
logis tentang asuhan yang diberikan. Dalam prakteknya bidan harus berfikir kritis,
tidak pragmatis untuk menjamin keamanan dan kepuasan klien sebagai hasil
(Pusdiknakes, 2003).
Asuhan kebidanan dengan abortus
iminens ini merupakan manajemen kebidanan yang terdiri dari tujuh langkah yang
dikembangkan oleh Varney dan didokumentasikan
dalam bentuk SOAP.
2.
Langkah-langkah
asuhan kebidanan menurut Varney (1997)
Konsep tujuh langkah manajemen
kebidanan menurut Varney (1997), yaitu:
a. Pengkajian
Menurut Wildan dan Hidayat,
(2008)pengkajian merupakan suatu langkah awal yang dipakai dalam menerapkan
asuhan kebidanan pada pasien. Pada tahap ini semua data dasar dan informasi
yang akurat dan lengkap tentang klien dikumpulkan dan dianalisis unuk
mengevaluasi keadaan klien, maka pada pengkajian difokuskan pada:
Data Subyektif
1)
Identitas
Pasien
Nama :
Dikaji dengan tujuan agar dapat mengenal/memanggil penderita dan tidak
keliru dengan penderita lain (Ibrahim, 1996).
Umur :
Dikaji untuk mengetahui usia aman
untukkehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun (Prawirohardjo, 2002).
Agama :
Dikaji untuk menuntun kesuatu
diskusi tentang pentingnya agama dalam kehidupan pasien, tradisi keagamaan
dalam kehamilan dan persalinan (Ibrahim, 1996).
Suku/bangsa : Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan
sehari-hari (Ibrahim, 1996).
Pendidikan :
Berpengaruh pada tingkat penerimaan pasien terhadap konseling yang diberikan
serta tingkat kemampuan pengetahuan ibu terhadap keadaannya (Wildan dan
Hidayat, 2008).
Pekerjaan : Berkaitan dengan keadaan pasien maka pekerjaan
perlu dikaji apakah keadaan terlalu berat sehingga dapat meningkatkan risiko
terjadinya keadaan yang lebih parah (Wildan dan Hidayat, 2008).
Alamat :
Dikaji untuk mengetahui ibu tinggal dimana dan diperlukan bila mengadakan
kunjungan pada pasien (Ibrahim, 1996).
2)
Keluhan
utama
Menurut Wildan dan Hidayat, (2008)
keluhan utama berkaitan dengan kejadian yang dirasakan pasien, dalam kasus
abortus iminens pasien akan mengeluh keluar darah sedikit
ataupun banyak dari jalan lahir serta merasakan mules pada perut bagian bawah.
3)
Riwayat
kesehatan
a) Riwayat kesehatan dahulu
Menurut Wildan dan Hidayat, (2008)
riwayat kesehatan yang lalu ditunjukkan pada pengkajian penyakit yang diderita
pasien yang dapat menyebabkan terjadinya keadaan yang sekarang. Perlu dikaji
juga ibu mempunyai penyakit jantung, asma, hipertensi, DM, karena jika
penyakit-penyaki tersebut sudah ada sebelum ibu hamil maka akan diperberat
dengan adanya kehamilan, dapat berisiko pada waktu persalinan.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Menurut Wildan dan Hidayat, (2008)
riwayat kesehatan ini dikaji untuk mengetahui adakah penyakit yang diderita
pasien seperti: penyakit jantung, asma, hipertensi dan DM.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Menurut Wildan dan Hidayat, (2008)
riwayat kesehatan ini dikaji untuk mengetahui apakah ada riwayat kembar
pada keluarga, selain itu juga dikaji adakah riwayat kecacatan pada keluarga.
4)
Riwayat
Obstetri
a) Riwayat menstruasi
Menurut Wildan dan Hidayat, (2008)
riwayat menstruasi dikaji untuk mengetahui usia kandungan apakah sudah aterm
atau belum, melalui HPHT (hari pertama haid terakhir) karena bila dijumpai ibu
bersalin dengan preterm, (<37minggu) merupakan kontraindikasi dilakukannya
indikasi persalinan, selain itu untuk mengetahui apakah ibu ada riwayat
keputihan, karena jika ada keputihan yang sifatnya patologis, maka ada
kemungkinan terjadi infeksi.
b) Riwayat kehamilan sekarang
Menurut Muslihatun Wildan dan
Hidayat, (2008) perlu dikaji untuk menyatakan tentang keadaan kehamilan ibu
yang sekarang ini.
5)
Pola
pemenuhankebutuhan sehari-hari
a) Pola nutrisi
Menggambarkan tentang kebutuhan
nutrisi ibu selama hamil, apakah sudah sesuai dengan gizi seimbang untuk ibu
hamil (Wildan dan Hidayat, 2008).
b) Pola eliminasi
Menggambarkan pola fungsi ekskresi,
kebiasaan BAB (frekuensi, jumlah, konsistensi, bau) dan kebiasaan BAK (warna,
frekuensi, jumlahdan terakhir kali ibu BAB atau BAK), karena jika ibu mengalami
kesulitan BAB maka kemungkinan ibu sering mengejan sehingga uterus berkontraksi
(Wildan dan Hidayat, 2008).
c) Pola istirahat
Menggambarkan tentang pola istirahat
ibu, yaitu berapa jam ibu tidur siang dan berapa jam ibu tidur malam, karena
berpengaruh terhadap kesehatan fisik ibu (Wildan dan Hidayat, 2008).
d) Personal hygiene
Menggambarkan pola hygiene pasien misalnya: berapa kali ganti pakaian
dalam, mandi, gosok gigi dalam sehari dan keramas dalam satu minggu. Pola ini
perlu dikaji untuk mengetahui apakah pasien menjaga kebersihan dirinya (Wildan
dan Hidayat, 2008).
e) Pola seksual
Untuk mengetahui kapan ibu terakhir
melakukan hubungan seksual dengan suami karena prostaglandin yang terkandung
dalam sperma dapat merangsang terjadinya kontraksi (Wildan dan Hidayat, 2008).
f) Pola aktivitas
Untuk mengetahui apakah pekerjaan
ibu sehari-hari terlalu berat, sehingga dapat mempengaruhi kehamilan (Wildan dan
Hidayat, 2008).
g) Psikososiospiritual
Hal ini perlu dikaji untuk
mengetahui sejauh mana respon, tanggapan, dukungan yang diberikan suami dan
keluarga, serta kecemasan pasien dan keluarga dalam menghadapi masalah yang
terjadi dalam proses persalinan (Wildan dan Hidayat, 2008). Dalam kasus abortus iminens pasien biasanya mengatakan takut dan cemas
akan kehilangan bayinya.
Data Obyektif
1) Keadaan umum dilakukan untuk
mengetahui kemungkinan terjadi infeksi yang ditandai dengan suhu meningkat,
nadi meningkat, untuk mendukung kondisi selama hamil berjalan baik, maka
keadaan umum pasien dan tanda-tanda fisik hendaknya tidak ada masalah (Wildan
dan Hidayat, 2008).
2) Pemeriksaan tanda vital
a) Tekanan darah
Pemeriksaan ini bertujuan untuk
mengetahui tekanan sistolik dan tekanan diastolik darah. Dengan pemeriksaan ini
kita bisa menilai adanya kelainan pada sistem kardiovaskuler. Tekanan darah
normal pada orang dewasa yaitu tekanan sistolik kurang dari 130 Mmhg dan
tekanan diastolik kurang dari 80 mmhg (Uliyah, 2006).
b) Pemeriksaan nadi
Pemerikasaan ini bertujuan untuk
mengetahui frekuensi dan irama detak jantung. Frekuensi nadi normal pada orang
dewasa 60-90 kali permenit (Uliyah, 2006).
c) Pemeriksaan pernafasan
Pemeriksaan ini bertujuan untuk
menilai frekuensi pernafasan, irama, kedalaman, dan tipe atau pola pernafasan.
Frekuensi pernafasan normal orang dewasa yaitu sekitar 16-20 kali permenit
(Uliyah, 2006).
d) Pemeriksaan suhu
Pemeriksaan ini untuk mengetahui
keadaan suhu tubuh ibu,sehingga bisa digunakan untuk mendeteksi dini suatu
penyakit. Pemeriksaan ini bisa dilakukan melalui oral, rektal, dan
aksila. Suhu tubuh normal pada orang dewasa yaitu 36-37 0C (Uliyah, 2006).
3) Antropometri
a) Berat Badan
Dikaji untuk menentukan pertambahan
berat badan total atau untuk membantu mengevaluasi keparahan edema yang
disertai preeklamsi (Varney, 1997).
b) Tinggi badan
Dikaji karena pada ibu hamil yang
tinggi badannya kurang dari 140 cm, dicurigai adanya disproporsi sefalo pelvik
(Mansjoer, 1999).
c) LILA
Untuk mengetahui berapa lingkar
lengan atas ibu, karena bila kurang dari 23,5 cm ibu menderita KEK ( Kekurangan
Energi Protein).
4) Pemeriksaan fisik pasien
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk
mengetahui adanya kelainan pada organ tubuh pasien (Wildan dan Hidayat, 2008).
a)
Kepala
: untuk mengetahui bentuk kepala, kulit
kepala dan kebersihan rambut (Prihardjo, 2007).
b) Muka
: untuk mengetahui pucat karena anemia
(Prihardjo, 2007).
c)
Mata
: dilihat dari konjungtiva pucat atau
tidak, bila ditemukan pucat berarti mengarah pada anemia, sklera kuning atau
tidak bila kuning mengarah pada hepatitis (Saifudin, 2002).
d) Hidung
: untuk mengetahui kebersihan hidung dan
ada kelainan pada hidung atau tidak (Prihardjo, 2007).
e)
Telinga
: untuk mengetahui kebersihan telinga
(Prihardjo, 2007).
f)
Mulut
: untuk mengetahui apakah ada kelainan
pada bibir, lidah dan gigi (Prihardjo, 2007).
g) Leher :
untuk mengetahui ada pembesaran
kelenjar (Liewellyn, 2001).
h) Dada :
untuk mengetahui ada tidaknya kelainan
pada pernafasan normal atau tidak (Prihardjo, 2007).
i)
Abdomen : untuk
mengetahui ada tidaknya luka bekas operasi, tumor, linea nigra, dan strie
gravidarum. Pada kasus abortus iminens akan dikaji ada tidaknya nyeri
perut bagian bawah dan nyeri tekan, (Liewellyn, 2001).
j)
Genetalia :
Untuk mengetahui varises, tumor,
tanda-tanda infeksi atau penyakit menular seksual, jumlah perdarahan dan warna
perdarahan (Liewellyn, 2001).
k) Anus :
Untuk mengetahui adanya haemoroid
atau tidak (Liewellyn, 2001).
l)
Ekstremitas:
Pemeriksaan ekstremitas harus mencakup
pengkajian reflek tendon dalam, pemeriksaan adanya edema tungkai dan vena
verikosa dan pemeriksaan ukuran tangan dan kaki bentuk serta letak jari tangan
dan jari kaki, kelainan menunjukkan gangguan genetik (Wheeler, 2004)
5) Pemeriksaan Obstetri
a)
Inspeksi
Pada abdomen adakah bekas operasi
SC, pembesaran uterus, apakah ada ketegangan perut karena kehamilan, pada
genetalia dikaji jumlah perdarahan dan warna perdarahanyang keluar (Wildan dan
Hidayat, 2008).
b)
Palpasi
Apabila dari hasil palpasi ditemukan
mal persentasi serta gemeli, tinggi fundus uteri. Pada kasus abortus iminens belum dilakukan palpasi karana umur
kehamilan masih muda (Wildan dan Hidayat, 2008).
c)
Auskultasi
Untuk mengetahui apakah DJJ < 120
atau > 160 kali permenit berarti kemungkinan terjadi gawat janin sampai
dapat menyebabkan kematian janin, dalam kasus abortus iminens belum dilakukan auskultasi (Wildan dan
Hidayat, 2008).
6) Pemeriksaan Penunjang
Data penunjang diperlukan pada kasus
abortus iminens untuk mengetahui apakah kehamilan dapat
berjalan normal apa tidak, seperti:pemeriksaan laboratorium, USG, periksa
panggul luar, pemeriksaan panggul dalam, PP test, hasil pemeriksaan dalam (vaginal toucher) (Wildan dan Hidayat, 2008).
b. Interpretasi Data
Diagnosa: dengan melakukan
identifikasi yang benar terhadap masalah atau diagnosa berdasarkan
interprestasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Diagnosa
masalah dan kebutuhan ibu hamildengan abortusiminenstergantung
dengan pengkajian terhadap pasien tersebut (Wildan dan Hidayat, 2008).
Intepretasi Data
1)
Diagnosa
Kebidanan
Seorang ibu G..P..Ab..umur…
tahun hamil … minggu, dengan abortus iminens.
DS :
a)
Pernyataan
dari ibu ini kehamilan yang keberapa
b)
Pernyataan
dari ibu mengenai umur ibu
c)
Pernyataan
dari ibu apakah ibu pernah keguguran atau tidak
d)
Pernyataan
dari ibu mengenai HPHT
e)
Pernyataan
dari ibu mengenai ada tidaknya nyeri pada perut bagian bawah
DO :
a)
Ekspresi
wajah
b)
Keadaan
umum
c)
kesadaran
d)
Berat
badan sebelum hamil
e)
Berat
badan sekarang
f)
Tinggi
badan
g)
LILA
h)
Vital
sign : tekanan darah, suhu, nadi, respirasi
i)
TFU
j)
Hb
k)
PP
test positif (+)
l)
Hasil
pemeriksaan dalam (vaginal toucher): mengkaji vagina
terdapat fleks atau tidak, porsio tertutup
atau terbuka, terdapat nyeri tekan atau tidak, digoyangkan terasa nyeri atau
tidak.Adnexa parametrium kanan dan kiri terasa nyeri atau
tidak, cavum douglas menonjol atau tidak.
m)
Diagnosa
Masalah
Permasalahan yang muncul pada
abortus iminens yaitu adanya perasaan cemas.
n)
Diagnosa
Kebutuhan
KIE cara mengurangi rasa nyeri dan relaksasi
Pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi
Monitor tanda-tanda vital
c. Diagnosa Potensial
Diagnosa atau masalah potensial
diidentifikasi berdasarkan diagnosis atau masalah yang telah teridentifikasi.
Langkah ini penting dalam melakukan asuhan yang aman, diagnosa potensial pada
kasus abortus iminens yaitu dapat terjadinya
abortus insipiens (Wildan dan Hidayat, 2008).
d. Antisipasi Tindakan Segera
Antisipasi tindakan segera dibuat
berdasarkan hasil identifikasi pada diagnosa potensial. Langkah ini digunakan
untuk mengidentifikasi dan menetapkan penanganan segera untuk mengantisipasi
dan bersiap-siap terhadap kemungkinan yang terjadi. Antisipasi tindakan segera
dalam kasus abortus iminens yaitu: Bed rest total dan segera kolaborasi dengan dokter Obsgyn, (Wildan dan Hidayat, 2008).
e.
Perencanaan
Menurut Wildan dan Hidayat, (2008)
langkah ini direncanakan asuhan menyeluruh yang ditentukan oleh hasil kajian
pada langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap
diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Rencana
asuhan menyeluruh tidak hanya meliputi yang sudah teridentifikasi atau setiap
masalah yang berkaitan, tetapi juga dapat dari kerangka pedoman antisipasi
terhadap wanita tersebut apa yang akan terjadi berikutnya, apakah dia
membutuhkan penyuluhan, konseling, atau rujukan bila ada masalah yang berkaitan
dengan aspek sosial-kultural, ekonomi atau psikologi. Setiap rencana asuhan
harus disetujui oleh kedua belah pihak sehingga asuhan yang diberikan dapat
efektif, karena sebagian dari asuhan akan dilaksanakan pasien. Perencanaan yang
harus dipikirkan pada kasus abortus iminens adalah:
1) Beri ibu dukungan psikologis dan
libatkan keluarga dalam memberikan dukungan psikologis
2) Observasi keadaan umum dan tanda
vital ibu
3) Kaji perdarahan pasien tiap jam
4) Anjurkan bed rest total
5) Kolaborasi dengan dokter Obsgyn untuk memberikan terapi obat untuk
mengurangi keluhan pasian
6) Anjurkan ibu untuk mengurangi
aktivitas yang berat dan tidak melakukan coitus selama
satu bulan setelah perdarahan berhenti
7) Anjurkan ibu untuk kontrol ulang
apabila perdarahan tidak berhenti dalam 2 hari atau bertambah banyak
f.
Pelaksanaan
Menurut Wildan dan Hidayat (2008),
melaksanakan asuhan menyeluruh yang telah direncanakan secara efektif dan aman.
Pelaksanaan asuhan ini sebagian dilakukan oleh bidan, sebagian oleh klien
sendiri atau oleh petugas lainnya. Walau bidan tidak melaksanakan seluruh
asuhan sendiri, tetapi dia tetap memiliki tanggug jawab untuk mengarahkan
pelaksanaannya (misalnya memantau rencananya benar-benar terlaksana).
Pelaksanaan pada kasus abortus
iminens adalah:
1) Memberi ibu dukungan psikologis
Menjelaskan bahwa ibu bisa melewati
masalah ini dengan baik, memberikan support kepada ibu, dan mendampingi ibu
selama ibu dalam pemantauan, serta menghadirkan keluarga yang paling dekat
dengan ibu.
2) Mengobservasi keadaan umum dan tanda
vital ibu setiap 1 jam
Mengkaji perdarahan pasien tiap jam,
catat warna perdarahan, jumlah pembalut yang digunakan selama ibu berada di
tempat pelayanan.
3) Menganjurkan ibu bed rest total
atau istirahat rebah baik di tempat pelayanan maupun di rumah selama 48 jam,
apabila kehamilan masih dapat dipertahankan perdarahan dalam waktu 48 jam akan
berhenti.
4) Melakukan kolaborasi dengan dokter
untuk memberikan terapi obat untuk mengurangi keluhan pasian yaitu:
Penenang penobarbital 3 × 30 ml gram, valium
Anti pendarahan : Adona, Transamin
Vitamin B komplek
Hormonal : Progesteron 10 mg sehari untuk terapi subsitusi
dan untuk mengurangi kerentanan otot-otot rahim (misalnya: Gestanon,
Dhupaston).
Anti kontraksi rahim : Duvadilan, Papaverin
5) Menganjurkan ibu untuk mengurangi
aktivitas yang dapat memperberat keadaan seperti: angkat junjung berat, bekerja
terlalu keras dan hindari stres serta tidak melakukan coitus selama satu bulan setelah perdarahan
berhenti.
6) Menganjurkan ibu untuk kontrol ulang
apabila perdarahan tidak berhenti dalam 2 hari atau bertambah banyak.
g. Evaluasi
Pada langkah ini dievaluasi
keefektifan asuhan yang telah diberikan, apakah telah memenuhi kebutuhan asuhan
yang telah teridentifikasi dalam diagnosis maupun masalah. Pelaksanaan rencana
asuhan tersebut dapat dianggap efektif apabila ibu mengalami perkembangan yang
lebih baik. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut terlaksana dengan
efektif dan mungkin sebagian belum efektif. Karena proses manajemen asuhan ini
merupakan suatu kegiatan yang berkesinabungan maka perlu evaluasi, kenapa
asuhan yang diberikan belum efektif. Langkah-langkah proses manajemen umunya
merupakan pengkajian yang memperjelas proses berfikir yang mempengaruhi
tindakan serta berorientasi pada proses klinis, karena proses manajemen
tersebut berlangsung di dalam situasi klinik (Wildan dan Hidayat, 2008).
Dengan melakukan identifikasi yang
benar terhadap masalah atau diagnosa berdasarkan interprestasi yang benar atas
data-data yang telah dikumpulkan. Diagnosa masalah dan kebutuhan ibu
hamildengan abortusiminenstergantung dengan pengkajian
terhadap pasien tersebut (Wildan dan Hidayat, 2008).
h.
Langkah
Preventif Bidan Sebelum terjadi Abortus Imminens :
1. Tidak perlu pengobatan khusus atau
tirah baring total.
2. Jangan melakukan aktifitas fisik
berlebihan atau hubungan seksual.
3. Jika perdarahan :
i.
Berhenti
: lakukan asuhan antenatal seperti biasa, lakukan penilaian jika perdarahan
terjadi lagi.
ii.
Terus
berlangsung : nilai kondisi janin (uji kehamilan atau USG). Lakukan konfirmasi
kemungkinan adanya penyebab lain. Perdarahan berlanjut, khususnya jika ditemukan
uterus yang lebih besar dari yang diharapkan, mungkin menunjukkan kehamilan
ganda atau mola.
4. Tidak perlu terapi hormonal
(estrogen atau progestin) atau tokolitik (misalnya salbutamol atau indometasin)
karena obat-obat ini tidak dapat mencegah abortus.
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL
NY. “E”
UMUR 43 TAHUN G1P0A0 HAMIL
09-10 MINGGU
DENGAN ABORTUS IMMINENS
DI RSUD PADANG PANJANG
Tanggal masuk :
03 November 2014
Pukul
: 09.00 WIB
I.
Pengkajian
A.
Data Subjektif
1.
Identitas
Nama
|
:
Ny. E
|
Tn.
B
|
Umur
|
:
43 tahun
|
45
Tahun
|
Agama
|
:
Islam
|
Islam
|
Pendidikan
|
:
SMA
|
SMA
|
Pekerjaan
|
:
IRT
|
Swasta
|
Suku/bangsa
|
:Minang/Indonesia
|
Minang/Indonesia
|
2.
Anamnesa
a.
Keluhan
Utama
Ibu
menyatakan keluarnya flek-flek dari pukul 23.00 – 05.00 WIB kemudian keluar
darah segar menggumpal dan merasakan mules
b.
Riwayat
perkawinan
Ibu
mengatakan ini perkawinannya yang pertama, menikah sejak umur 26 tahun, lama
pernikahan 9 tahun, status sah secara agama dan negara
c.
Riwayat
menstruasi
Ibu
mengatakan menarche sejak umur 13 tahun, lama menstruasi 5-6 hari, siklus 28
hari teratur, ganti pemballut 2-3x/hari, tidak ada keputihan, tidak ada nyeri
saat menstruasi.
HPHT= 07-09-2014 TP=14-06-2015
d.
Riwayat
Obstetri
No
|
Tahun
|
Penolong
persalinan
|
Jenis
persalinan
|
Tempat
|
JK
|
PB
|
BB
Lahir
|
Komplikasi
|
ket
|
INI
|
|
e.
Riwayat
kesehatan
1)
Riwayat
kesehatan yang lalu
Ibu
mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular seperti TBC, hepatitis,
penyakit menurun seperti DM, asma, dan penyakit kronis seperti jantung.
2)
Riwayat
kesehatan sekarang
Ibu
mengatakan saat ini sedang tidak menderita penyakit menular seperti TBC,
hepatitis, penyakit menurun seperti DM, asma, dan penyakit kronis seperti
jantung.
3)
Riwayat
kesehatan keluarga
Ibu
mengatakan baik dari keluarga ibu maupun suami tidak ada yang menderita
penyakit menular seperti TBC, hepatitis, penyakit menurun seperti DM, asma, dan
penyakit kronis seperti jantung.
f.
Pola
kebutuhan sehari hari
1)
Nutrisi
Makan :
3x/hari porsi satu piring
Jenis :
Nasi, sayur, lauk
Keluhan :
Tidak ada
Minum :
7-8 gelas/hari
Jenis :
Air putih, Susu
Keluhan :
Tidak ada
2)
Eliminasi
BAB :
1-2x/hari, warna kuning
kecoklatan,bau khas feces, konsistensi padat
Keluhan : tidak ada
BAK :
4-5x/hari
Keluhan : tidak ada
3)
Aktivitas
Ibu
mengatakan sebagai ibu rumah tangga aktivitas sehari harinya yaitu melakukan
pekerjaan rumah tangga seperti menyapu, memasak, mencuci, dan lain lain.
4)
Istirahat
Siang : 1 jam
Malam : 6-7 jam
Keluhan : Tidak ada
5)
Pola
seksual
Ibu
mengatakan tidak ada keluhan dalam hubungan seksual
6)
Personal
hygiene
Mandi :
2x/hari
Gosok
gigi : 2x/hari
Keramas :3x/minggu
Ganti
baju :2x/hari
Potong
kuku :1x/minggu
7)
Data
psikososial
Ibu
mengatakan ibu dan keluarga sangat senang dengan kehamilan ini Ibu mengatakan
dalam mengambil keputusan secara bermusyawarah.
Data Objektif
1.
Pemerisaan
umum
KU : Baik
Kesadaran : Stabil
Vital Sign
: TD: 110/70 N:80X/menit S:36,2OC
R: 20X/menit
BB : 48,5 kg
BB Sebelum
Hamil : 45kg
TB : 158
LILA : 24 cm
2.
Pemeriksaan
fisik
Kepala
|
tidak
ada masa/benjolan, kulit kepala, bersih
|
|
Muka
|
Tidak
pucat, tidak ada cloasma gravidarum, tidak ada oedem
|
|
Mata
|
Konjungtiva merah muda, sclera
putih
|
|
Hidung
|
Tidak ada polip, tidak ada secret,
bersih
|
|
Mulut
|
Tidak ada stomatitis, tidak ada
caries gigi, bersih
|
|
Telinga
|
Simetris, tidak ada serumen,
bersih
|
|
Leher
|
Tidak ada masa/ benjolan, tidak
ada pembengkakan kelenjar tiroid,
|
|
Dada
|
Simetris, tidak ada retraksi
dinding dada,
|
|
Payudara
|
Tidak ada masa/benjolan, areola hiperpigmentasi,
putting susu menonjol
|
|
Abdomen
|
Tidak ada striae gravidarum, tidak
ada luka bekas operasi
|
|
Genetalia
|
Keluar flek flek
|
|
Ekstremitas
|
(atas dan bawah) simetris, tidak
ada oedem, reflek patella (+)
|
|
3.
Pemeriksaan
penunjang
Hb= 10,8 gr%
Protein
urin (-)
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL NY. “E” G1P0A0
DENGAN ABORTUS IMMINENS DI RSUD PADANG PANJANG
Pengumpulan
Data
|
Interprestasi
Data
|
Diagnosis Data
|
Tindakan
Segera
|
Intervensi
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
Tanggal
: 3 – 11 - 2014
Jam : 09.00 WIB
DS
:
· Ibu mengatakan keluar flek-flek sekitar jam 23.00
· Ibu mengatakan cemas dan takut setelah flek-flek kemudian
keluar darah merah segar disertai mules pada perut
· Ibu mengatakan ini kehamilannya yang ke - 1
DO
:
KU :
Sedang
Kesadaran : Stabil
Vital
Sign :
TD:
110/70
N:
80X/menit
S:36,2OC
R:
20X/menit
BB : 48,5 kg
BB
sebelum hamil : 45 kg
TB :
158
LILA :
24 cm
Inspeksi dalam batas normal
Palpasi
Leopold 1 : +
Leopold 2 : Ballotemen
Leopold 3 : Ballotemen
Leopold 4 : Ballotemen
Perkusi :
Reflek patella kanan + kiri +
Auskultasi :
DJJ : +
Pemeriksaan penunjang : HB : 10,8
gr%
Protein Urine : -
|
Diagosa
:
Ibu
G1P0A0,
UK
: 09-10 minggu
Dasar:
DS
:
· Ibu mengatakan keluar flek-flek sekitar jam 23.00
· Ibu mengatakan cemas dan takut setelah flek-flek kemudian
keluar darah merah segar disertai mules pada perut
Ibu mengatakan ini kehamilannya
yang ke – 1
HPHT : 07-09-2014
TP : 14-06-2015
Masalah : ibu merasa cemas dan
takut setalah flek-flek kemudian keluar darah merah segar.
Kebutuhan : memberikan dukungan
psikologis pada ibu.
|
Perdarahan
Infeksi
|
Kolaborasi
dengan dokter
|
Informasikan
hasil pemeriksaan dan berikan dukungan psikologis pada ibu
Jelaskan
kepada ibu bahwa ibu perlu di rawat inap di RSUD Padang Panjang
Jelaskan
pada ibu pentingnya bedrest total dan mengurangi aktivitas.
Observasi
keadaan umun dan tanda vital ibu
Motivasi
cukup makan dan minum
Kolaborasi
dengan dokter dan beri terapi obat
Dokumentasikan
|
Memberi
tahu hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa ibu mengalami abortus imminens atau ancaman
keguguran. Namun ibu tidak perlu khawatir dan cemas karena janin masih bisa
dipertahankan.
Menjelaskan
pada ibu bahwa ibu perlu rawat inap di RSUD Padang Panjang agar keadaaan ibu
bisa terpantau dengan baik oleh dokter
Menjelaskan
kepada ibu pentingnya bedrest total atau tirah baring di tempat tidur serta
mengurangi aktivitas baik itu duduk, pergi kekamar mandi maupun aktivitas
lainya, menganjurkan ibu agar tetap berbaring di tempat tidur
Mengobservasi
keadaan umum dan tanda vital ibu dengan melakukan pemeriksaaan TTV meliputi :
TD : 110/70
N:
80x/i
S
: 36,50C
P
: 22x/i
Dan
menanyakan keluhan ibu :
Ibu
mengatakan masih ada flek – flek namun sudah mulai berkurang
Memotivasi
ibu untuk cukup makan dan minum untuk memenuhi nutrisi ibu dan bayi dalam kandungan
serta mempercepat pemulihan
Kolaborasi
dengan dokter dengan cara menjelaskan keadaan pasien saat kunjungan dokter
dan meminta terapi obat yang sesuai.
Kolaborasi
dengan dokter untuk melakukan pemeriksaan USG untuk memastikan keadaan janin
dalam kandungan
Mendokumentasikan
tindakan di RM
|
Ibu
sudah mengerti hasil pemeriksaan dan ibu merasa yakin dirinya dapat
melaluinya dengan baik dan dengan dukungan suami serta keluarga.
Ibu
bersedia dilakukan rawat inap di RSUD Padang Panjang
Ibu
bersedia untuk bedrest total dan mengurangi aktivitasnya
Telah
dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dan pemantauan keadaan umum ibu
Ibu
bersedia makan dan minum yang cukup
Telah
diberikan obat sesuai terapi, obat dari dokter dan ibu bersedia meminumnya
sesuai dengan anjuran dokter dan telah dilakukan pemeriksaan USG dan ibu
mengerti hasil pemeriksaan.
Talah
didokumentasikan di RM
|
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
urain pembahasan asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny. E umur 43 tahun dengan
abortus imminens, dapat disimpulkan bahwa:
1.
Manajemen
asuhan kebidanan yang diberikan di RSUD Padang panjang telah dilakukan dengan
baik dan tepat
2.
Asuhan
kebidanan yang diberikan pada Ny. E telah sesuai dengan kebutuhan
3.
Adanya
kesenjangan teori dan praktik dalam memberikan terapi obat yang diberikan oleh
dokter dan tidak dilakukannya pemeriksaan ginekologi
B.
Saran
1.
Pasien
Mengatahui tanda dan bahaya abortus
imminens dan mengurangi aktivitas sehari-hari apabila terdapat tanda dan gejala
abortus imminens
2.
Tenaga
Kesehatan
Mengetahui cara penanggulangan
penyebab terjadinya abortus imminens.
DAFTAR PUSTAKA
Kusmiati,Yuni,dkk.2009.Perawatan Ibu Hamil.Yogyakarta:Fitramaya
Prawirohardjo, S. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Pusdiknakes Depkes RI, WHO, JHPIEGO.
2003. Asuhan Kebidanan Post Partum. Jakarta, Pusdiknakes RI.
Saifudin,Abdul Bari.2007.Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal.Jakarta:YBP SPWiknjosastro, Hanifa, 2002.
IU. Jakarta : YBP – SP
Mocthar, Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri Jilid 2. Jakarta : EGC
Manuaba, Ida Bagus Gede, 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Kelurga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
Mocthar, Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri Jilid 2. Jakarta : EGC
Manuaba, Ida Bagus Gede, 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Kelurga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
Uliyah. 2006. Perubahan pada Masa
Kehamilan. Fitramaya: Yogyakarta.
Wildan dan Hidayat. 2008. Dokumentasi kebidanan. Jakarta: Salemba medika.
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................ ii
|
KATA
PENGANTAR
Dengan kebesaran Allah SWT. yang maha pengasih
lagi maha penyayang, penulis panjatkan rasa puji syukur atas hidayah-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, nikmat, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah "ASKEB DENGAN ABORTUS IMMINENS".
Adapun makalah "ASKEB DENGAN ABORTUS
IMMINENS" ini telah penulis usahakan dapat disusun dengan sebaik
mungkin dengan mendapat bantuan dari berbagai pihak, sehingga penyusunan
makalah ini dapat diselesaikan secara tepat waktu. Untuk itu penulis tidak lupa
untuk menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
penulis dalam penulisan makalah ini.
Terlepas dari upaya penulis untuk menyusun
makalah ini dengan sebaik-baiknya, penulis tetap menyadari bahwa tentunya
selalu ada kekurangan, baik dari segi penggunaan kosa-kata, tata bahasa maupun
kekurangan-kekurangan lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang dada penulis
membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang bermaksud untuk memberikan kritik
dan saran kepada penulis agar penulis dapat memperbaiki kualitas makalah ini.
Penulis berharap semoga makalah "ASKEB
DENGAN ABORTUS IMMINENS" ini bermanfaat, dan pelajaran-pelajaran yang
tertuang dalam makalah ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya oleh para
pembaca.
Padang Panjang,
November 2014
Penulis
|
Komentar
Posting Komentar