Komplikasi dan Penyakit dalam Masa Nifas serta Penanganannya

BAB I
PENDAHULUAN


1.1    Latar Belakang

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan indikator utama derajat kesehatan masyarakat dan ditetapkan sebagai salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs). AKI Indonesia diperkirakan tidak akan dapat mencapai target MDG yang ditetapkan yaitu 102 per 100 000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Kematian ibu akibat kehamilan, persalinan dan nifas sebenarnya sudah banyak dikupas dan dibahas penyebab serta langkahlangkah untuk mengatasinya. Meski demikian tampaknya berbagai upaya yang sudah dilakukan pemerintah masih belum mampu mempercepat penurunan AKI seperti diharapkan. Pada Oktober yang lalu kita dikejutkan dengan hasil perhitungan AKI menurut SDKI 2012 yang menunjukkan peningkatan (dari 228 per 100 000 kelahiran hidup menjadi 359 per 100 000 kelahiran hidup). Diskusi sudah banyak dilakukan dalam rangka membahas mengenai sulitnya menghitung AKI dan sulitnya menginterpretasi data AKI yang berbedabeda dan fluktuasinya kadang drastis. (Depkes, 2013)
Masa nifas (puerpurium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu. (Prawirohardjo, 2002).
Masa nifas adalah masa segera setelah kelahiran sampai 6 minggu. Selama masa ini, saluran reproduktif anatomi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal. (Obstetri William).
Masa nifas (puerpurium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas 6-8 minggu. (Sinopsis Obstetri).
Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60% kematian ibu terjadi setelah melahirkan dan hampir 50% dari kematian pada masa nifas terjadi pada 24 jam pertama setelah melahirkan, diantaranya disebabkan oleh adanya komplikasi masa nifas. Selama ini perdarahan pasca persalinan merupakan penyebab kematian ibu, namun dengan meningkatnya persediaan darah dan system rujukan, maka infeksi menjadi lebih menonjol sebagai penyebab kematian dan morbiditas ibu.
Infeksi nifas adalah infeksi pada dan melalui traktus genetalis setelah persalinan. Suhu 38 °C atau lebih yang terjadi antara hari ke 2-10 postpartum dan diukur peroral sedikitnya empat kali sehari. Istilah infeksi nifas mencakup semua peradangan yangdisebabkan oleh mesuknya kuman-kuman kedalam alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas. Infeksi nifas pada awalnya adalah penyebab kematian maternal yang paling banyak,namun dengan kemajuan ilmu kebidanan terutama pengetahuan tentang sebab-sebab infeksi nifas, pencegahan dan penemuan obat-obat baru dari itulah dapat diminimalisir terjdinya infeksi nifas.
Dari itulah seorang bidan perlu mengetahui tentang infeksi nifas, mulai dari apa itu infeksi nifas, bagaimana penyebab terjadinya infeksinya, pencegahanya dan pengobatan dari infeksi nifas tersebut. Hal ini ditujukan untuk terwujudnya persalinan yang aman asuhan nifas yang higienis sehingga komplikasi pada masa nifas tidak lagi terjadi.

1.2    Tujuan Penulisan

Mengetahui berbagai komplikasi dan penyulit dalam masa nifas serta penanganan yang dapat dilakukan untuk mengurangi angka kematian ibu dan bayi dalam masa nifas.

1.3    Manfaat Penulisan

a.       Bagi Pendidikan
1.      Pendidikan mampu mengembangkan ilmu pengetahuan terutama pada asuhan kebidanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal mengenai komplikasi dan penyakit dalam masa nifas serta penanganannya dengan teori yang terbaru dan penatalaksanaan sesuai teori.
2.      Pendidikan mampu menjadi bahan acuan untuk penulisan selanjutnya yang berkaitan dengan asuhan kebidanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal mengenai komplikasi dan penyakit dalam masa nifas serta penanganannya dengan teori yang terbaru dan penatalaksanaan sesuai teori.
b.      Bagi Klien/Masyarakat
1.      Memberikan asuhan kebidanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal mengenai komplikasi dan penyakit dalam masa nifas sesuai kebutuhan ibu dan bayi.
2.      Menghindari pencegahan yang memicu terjadinya komplikasi dan penyakit yang berkaitan dengan masa nifas pada ibu dan bayi.

















BAB II

PEMBAHASAN

INFEKSI NIFAS

2.1    Definisi

Infeksi nifas mencakup semua peradangan yg disebabkan oleh masuknya kuman-kuman kedalam alat-genital genital pd wktu persalinan dan nifas. Demam dalam nifas sering disebabkan infeksi nifas, ditandai dengan suhu 38 ºC yg terjadi selama 2 hari berturut-turut. Kuman2 penyebab infeksi dapat berasal dari eksogen atau endogen, kuman2nya seperti streptococcus, bacil coli, staphylococcus.

2.2    Faktor Predisposisi

Ø Perdarahan
Ø Trauma persalinan
Ø Partus lama
Ø Retensio plasenta
Ø KU ibu (anemia dan malnutrition)

2.3    Patologi

Patologi infeksi nifas sama dgn infeksi luka. Infeksi itu dapat:
Ø  Terbatas pada lukanya (infeksi luka perineum, vagina, serviks atau endometrium)
Ø  Infeksi itu menjalar dari luka ke jaringan sekitarnya (thrombophlebitis, parametritis, salpingitis, peritonitis)

2.4    Macam-Macam Infeksi Nifas

1.      Endometritis

a.       Merupakan jenis infeksi yg paling sering, kuman-kuman memasuki endometrium biasanya pd luka bekas insersio plasenta & dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh endometrium.
b.      Pd batas antara daerah yg meradang & daerah sehat trdapat lapisan terdiri atas leukosit. Leukosit akn membuat pagar pertahanan & disamping itu akan keluar serum yg mengandung zat anti.
c.       Gambaran klinik tergantung jenis dan virulensi kuman, daya tahan penderita, dan derajat trauma pada jalan lahir. Kadang-kadang lokea tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta dan selaput ketuban. Keadaan ini dinamakan lokeometra.
d.      Hal ini dapat menyebabkan kenaikan suhu.
e.       Pada endometritis yg tdk meluas, penderita pd hari pertama merasa kurang sehat dan perut nyeri, milai hari ke-3 suhunya meningkat, nadi cepat, namun dalam kurun waktu 1 mggu keadaan akan menjadi normal.

2.      Peritonitis

a.       Infeksi nifas dapat menyebar melalui pembuluh limfe di dlm uterus langsung mencapai peritonium shg menyebabkan peritonitis.
b.      Peritonitis yg hanya terbatas pd daerah pelvis, gejalanya tidak seberat pd peritonitis umum.
c.       Penderita demam, perut bawah nyeri, tetapi keadaan umum tetap baik. Sedangkan pd peritonitis umum suhu meningkat mjd tinggi, nadi cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri. Muka mejadi pucat, mata cekung dan kulit muka dingin.
d.      Penanganan:
Ø  Lakukan nasogastric suction
Ø  Berikan infus (NaCl atau RL)
Ø  Berikan antibiotika sehingga bebas panas selama 24 jam:
-          Ampisilin 2 gr IV, kemudian 1 gr setiap 6 jam, ditambah gentamicin 5 mg/kgBB IV dosis tunggal/hari dan metronidazol 500mg IV setiap 8 jam.
Ø  Laparotomi diperlukan untuk pembersihan perut (peritoneal lavage)




3.      Bendungan ASI

a.       Definisi
Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferi atau oleh kelenjar yang tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada putting susu (Mochtar, 1996).
Menurut Huliana (2003) payudara bengkak terjadi karena hambatan aliran darah vena atau saluran kelenjar getah bening akibat ASI terkumpul dalam payudara. Kejadian ini timbul karena produksi yang berlebihan, sementara kebutuhan bayi pada hari pertama lahir masih sedikit.
b.      Patologi
Faktor predisposisi terjadinya bendungan ASI antara lain :
Ø  Faktor hormon
Ø  v Hisapan bayi
Ø  Pengosongan payudara
Ø  Cara menyusui
Ø  Faktor gizi
Ø  Kelainan pada puting susu
c.       Patofisiologi
Ø  Gejala yang biasa terjadi pada bendungan ASI antara lain payudara penuh terasa panas, berat dan keras, terlihat mengkilat meski tidak kemerahan.
Ø  ASI biasanya mengalir tidak lancar, namun ada pula payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri, puting susu teregang menjadi rata.
Ø  ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap ASI. Ibu kadang-kadang menjadi demam, tapi biasanya akan hilang dalam 24 jam (Mochtar, 1998).


d.      Penatalaksanaan
Upaya pencegahan untuk bendungan ASI adalah :
Ø  Menyusui dini, susui bayi sesegera mungkin (setelah 30 menit) setelah dilahirkan
Ø  Susui bayi tanpa jadwal atau ondemand
Ø  Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa, bila produksi melebihi kebutuhan bayi
Ø  Perawatan payudara pasca persalinan
Upaya pengobatan untuk bendungan ASI adalah :
Ø  Kompres hangat payudara agar menjadi lebih lembek
Ø  Keluarkan sedikit ASI sehingga puting lebih mudah ditangkap dan dihisap oleh bayi.
Ø  Sesudah bayi kenyang keluarkan sisa ASI
Ø  Untuk mengurangi rasa sakit pada payudara, berikan kompres dingin
Ø  Untuk mengurangi statis di vena dan pembuluh getah bening lakukan pengurutan (masase) payudara yang dimulai dari putin kearah korpus(Sastrawinata, 2004)

4.      Infeksi Payudara

a.       Definisi
Dalam masa nifas dapat terjadi infeksi dan peradangan pada mammae terutama pada primipara. Tanda-tanda adanya infeksi adalah rasa panas dingin disertai dengan kenaikan suhu, penderita merasa lesu dan tidak ada nafsu makan. Penyebab infeksi adalah staphilococcus aureus. Mamae membesar dan nyeri dan pada suatu tempat, kulit merah, membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaan. Jika tidak ada pengobatan bisa terjadi abses.
b.      Berdasarkan tempatnya infeksi dibedakan menjadi :
Ø  Mastitis yang menyebabkan abses dibawah areola mamae.
Ø  Mastitis ditengah-tengah mammae yang menyebabkan abses ditempat itu.
Ø  Mastitis pada jaringan dibawah dorsal dari kelenjar-kelenjar yang menyebabkan abses antara mammae dan otot-otot dibawahnya.
c.       Pencegahan
Perawatan putting susu pada laktasi merupakan usaha penting untuk mencegah mastitis. Perawatan terdiri atas membersihkan putting susu dengan minyak baby oil sebelum dan sesudah menyusui untuk menghilangkan kerak dan susu yang sudah mengering. Selain itu juga memberi pertolongan kepada ibu menyusui bayinya harus bebas infeksi dengan stafilococus. Bila ada luka atau retak pada putting sebaiknya bayi jangan menyusu pada mammae yang bersangkutan, dan air susu dapat dikeluarkan dengan pijitan.
d.      Pengobatan
Segera setelah mastitis ditemukan pemberian susu pada bayi dihentikan dan diberikan pengobatan sebagai berikut :
Ø  Berikan kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari.
Ø  Sangga payudara
Ø  Kompres dingin
Ø  Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
Ø  Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan
Bila ada abses, nanah perlu dikeluarkan dengan sayatan sedikit mungkin pada abses, dan nanah dikeluarkan sesudah itu dipasang pipa ketengah abses, agar nanah bisa keluar. Untuk mencegah kerusakan pada duktus laktiferus sayatan dibuat sejajar dengan jalannya duktus-duktus. Atau jika terdapat masa padat, mengeras dibawah kulit yang kemerahan :
Ø  Berikan antibiotik kloksasilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 10 hari atau eritromisin 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10 hari


Ø  Drain abses :
·         Anestesi umum dianjurkan
·         Lakukan insisi radial dari batas puting ke lateral untuk menghindari cidera atau duktus
·         Gunakan sarung tangan steril
·         Tampon longgar dengan kasa
·         Lepaskan tampon 24 jam ganti dengan tampon kecil
Ø  Jika masih banyak pus tetap berikan tampon dalam lubang dan buka tepinya
Ø  Yakinkan ibu tetap menggunakan kutang
Ø  Berikan paracetamol 500 mg bila perlu
Ø  Evaluasi 3 hari

5.      Thrombophlebitis

Penjalaran infeksi melalui vena. Sering terjadi dan menyebabkan kematian. Dua golongan vena yg memegang peranan yaitu:
Ø  Vena-vena dinding rahim lig. Latum (vena ovarica, vena uterina, dan vena hipogastrika) atau disebut tromboplebitis pelvic
Ø  Vena-vena tungkai (vena femoralis, poplitea, dan saphena) atau disebut tromboplebitis femoralis
Tromboplebitis pelvic
-          Yg paling sering meradang adalah vena ovarica, karena pd vena ini mengalirkan darah dr luka bekas plasenta.
-          Penjalarannya yaitu dr vena ovarica kiri ke vena renalis, vena ovarica kanan ke cava inferior
Tromboplebitis femoralis
-          Dari trombophelebitis vena saphena magna atau peradangan vena femoralis sndr
-          Penjalaran thrombophebitis vena terin
-          Akibat parametritis : thrombophlebitis pd vena femoralis mgkn tjd krn aliran darah lambat didaerah lipat paha krn vena tertekan lig.inguinale.
-          Thrombophlebitis femoralis tjd oedem tungkai yg mulai pd jari kaki dan naik ke kaki, betis, dan paha. Biasanya hanya 1 kaki yg bengkak tapi kadagn keduanya.
-          Penyakit ini dikenal dgn nama phlegmasia alba dolens(radang yg putih & nyeri)

6.      Luka Perinium

Luka akan menjadi nyeri, merah dan bengkak akhirnya luka terbuka dan mengeluarkan getah bernanah.
















BAB III
PENUTUP


3.1    Kesimpulan

Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat genitalia dalam masa nifas. Masuknya kuman-kuman dapat terjadi dalam kehamilan, waktu persalinan, dan nifas. Demam nifas adalah demam dalam masa nifas oleh sebab apapun. (Rustam Mochtar, 1998)
Bermacam-macam jalan kuman masuk ke dalam alat kandungan, seperti eksogen (kuman datang dari luar), autogen ( kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh), dan endogen ( dari jalan lahir sendiri). Penyebab yang terbanyak dari 50% adalah streptococcus anaerob yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir.
Yang termasuk ke dalam infeksi masa nifas yaitu metritis, bendungan payudara, infeksi payudara, abses payudara, abses pelvis, peritonitis, dan infeksi luka perineum dan luka abdominal.

3.2    Saran

1.      Bagi Pendidikan
a.       Diharapkan pendidikan mampu mengembangkan ilmu pengetahuan terutama pada asuhan kebidanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal mengenai komplikasi dan penyakit dalam masa nifas serta penanganannya dengan teori yang terbaru dan penatalaksanaan sesuai teori.
2.      Bagi Klien/Masyarakat
a.       Diharapkan masyarakat mampu memberikan asuhan kebidanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal mengenai komplikasi dan penyakit dalam masa nifas sesuai kebutuhan ibu dan bayi.
b.      Diharapkan masyarakat menghindari pencegahan yang memicu terjadinyakomplikasi dan penyakit yang berkaitan dengan masa nifas pada ibu dan bayi.

DAFTAR PUSTAKA


Maternal Dan Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Manuaba Gde Ida Bagus.1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Arcan
Saleha, 2009.  Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika. (hlm: 109-110) Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas.  Yogyakarta: Fitramaya. (hlm: 56-57).
Prawirohardjo Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka
Prawirohardjo Sarwono. 2008. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan. Jakarta: PT Bina Pustaka














 


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................ ii










ii
 
 


MAKALAH
ASKEB IV

KOMPLIKASI DAN PENYAKIT DALAM MASA NIFAS SERTA PENANGANANNYA



pic










OLEH KELOMPOK IV:
Winda Febrialita
Rida Fatmala Sari
Fitri Anggraini
Eka Putri Amelia
Rika Klarisa
Sopia Anggraini
Erlinda Yanti
Ilma Susanti
Maya Afrita Putri
Yuliani Sapasih Putri


Dosen Pembimbing :
 Elmis Pendriya Gusna, S.SiT





PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
STIKES PIALA SAKTI
PARIAMAN

 
2014
KATA PENGANTAR
Dengan kebesaran Allah SWT. yang maha pengasih lagi maha penyayang, penulis panjatkan rasa puji syukur atas hidayah-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, nikmat, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah "Komplikasi dan Penyakit dalam Masa Nifas serta Penanganannya".
Adapun makalah "Komplikasi dan Penyakit dalam Masa Nifas serta Penanganannya" ini telah penulis usahakan dapat disusun dengan sebaik mungkin dengan mendapat bantuan dari berbagai pihak, sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan secara tepat waktu. Untuk itu penulis tidak lupa untuk menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penulisan makalah ini.
Terlepas dari upaya penulis untuk menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya, penulis tetap menyadari bahwa tentunya selalu ada kekurangan, baik dari segi penggunaan kosa-kata, tata bahasa maupun kekurangan-kekurangan lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang dada penulis membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang bermaksud untuk memberikan kritik dan saran kepada penulis agar penulis dapat memperbaiki kualitas makalah ini.
Penulis berharap semoga makalah "Komplikasi dan Penyakit dalam Masa Nifas serta Penanganannya" ini bermanfaat, dan pelajaran-pelajaran yang tertuang dalam makalah ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya oleh para pembaca.

Pariaman,     September  2014

Penulis

i
 
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Manajemen Pelayanan Kebidanan

MAKALAH ORGANISASI MANAJEMEN PELAYANAN KEBIDANAN Tentang MANAJEMEN KEPEMIMPINAN

Makalah Pemeriksaan Labor dan Diagnostik